Keluargaku dengan keluarga Senji sudah semakin akrab. Namun berbeda denganku, aku bahkan tidak pernah berbicara dengan Senji. Aku tau aku menyakiti perasaannya, tapi aku tidak bisa melupakan dia, dia yang sudah mengurusku saat aku sedang sedih, dia yang selalu membuatku tertawa. Meski begitu, kehidupan kami berjalan begitu harmonis, hingga ayahku datang menemuiku.
Setelah makan aku kembali mengunci diriku di kamar. Mereka sudah pasti tau kalau aku sebenarnya menentang perjodohan ini. Ingin bagiku untuk keluar dan kembali ke pelukannya. Tanpa dia, hidupku berasa hampa. Aku ingin melihat betapa kerennya dia saat menggambar. Demi mengingat dirinya, aku selalu menggambar setiap hari. Berharap bahwa aku bisa bertemu dengannya nanti. Akan aku ukirkan perasaanku ini dalam sebuah lagu
Hari demi hari telah berganti
Kicauan burung sudah tidak merdu lagi
Dikala sunyi aku sendiri
Berharap datangnya dirimu kembali
Sungguh hampa diriku ini, aku terus menangis, menangis dan menangis. Mataku merah, mulutku kering, badanku terasa begitu lemas. Aku berharap hari seperti ini segera berakhir. Semoga saja.......
Pagi telah tiba dan hari ini sudah kuputuskan kalau aku akan kabur dari rumah ini. Aku sudah tidak tahan lagi berpisah darinya. Apapun konsekuensinya akan aku hadapi. Meskipun ayah aku akan membenci diriku, aku tak perduli. Yang aku inginkan hanyalah tinggal bersama lelaki yang aku cintai. Tepat saat aku hendak kabur melalui jendela, Senji masuk dan melihatku berdiri tepat di samping jendela, sambil memegang sebuah tali aku pun melompat.
Terdengar suara Senji memanggilku dari kamarku, yang aku lakukan hanya trus berlari dan berlari hingga aku sampai di suatu titik dimana keajaiban pun terjadi. Lelaki yang kucintai kini berada tepat dihadapanku. Dia sedang duduk di sebuah taman bersama seorang gadis. Saat kuamati lebih dekat, ternyata gadis itu adalah Cecilia, editornya. Mengapa mereka berduaan di taman ya.
"Kamu jangan murung ya" Ucap Cecilia. "Masih banyak kok perempuan diluar sana yang mencintaimu, kamu jangan berharap terlalu banyak ke Luna, dia kan sudah bertunangan."
Apa-apaan dia, hanya karena aku bertunangan, bukan berarti aku setuju untuk menikahinya. Aku tidak mencintai Senji, aku hanya mencintai lelaki yang berada disisimu itu, lelaki yang menyelamatkanku disaat aku sedang terpuruk, yang membantuku mencari ayahku, dan yang selalu sabar mengurusku disaat sifatku sedang buruk. Aku mencintaimu. Dan tidak ada orang yang dapat merubahnya. Bahkan ayahku sekalipun.