Mohon tunggu...
Adrian Kelana
Adrian Kelana Mohon Tunggu... -

lelaki yang lahir dari ranah pujangga bukittinggi ,atau lebih dikenal dengan Minang Kabau pada tanggal 15 desember 1976 juga sangat aktif menulis puisi dijejaring sosial face book, untuk menyalurkan bakatnya pada dunia sastra . sekarang juga telah menerbitkan buku antologi puisi 10 penyair tarian ilalang yang dapat ditemukan di toko gramedia, dia juga aktif dalam komonitas TARIAN JEMARI yang dibentuknya bersama teman sastrawan yang berlokasi di TAMAN ISMIL MARZUI Jakarta,jika ingin mengenalnya lebih lanjut silahkan ke akun face book Facebook facebook.com/adrian.kelana Situs Web http://rimbakelanakata.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(Paradoks) Misteri Kampung Siluman

24 April 2011   03:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:28 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"jangan jangan "aduh jangan  jangan kita .....

Ucapan Heru tersendat seperti orang ketakutan ,kamipun lari dengan sisa tenaga yang tersisa menuj Vila

tak ada suara yang keluar dari mulut kami sampai di vila, setelah melepaskan semua nafas panjang kami baru saling bertatap satu sama lainnya

lelah dan rasa takut membuat kami tertidur sampai pagi kembali mengurai terang , derik jendela saya sibak terlihatlah di luar sana Mang Ujang penjaga Vila sedang membersihkan halaman, dengan rasa penasaran saya memanggilnya dan menceritakan semua kejadian semalam

Alangkah kagetnya kami semua setelah Mang Ujang menceritan kalau kami semalam memasuki kampung siluman

saya tertawa sambil menatap pada anton

"Ha ha ha ternyata semalam kalian joget dengan para gadis siluman hahahaha"

" ya Tuhan masih untung mereka ngak mengajak saya menikah "

kelakar Rusdi sambil ketawa terpingkal pingkal

Heru masih saja terdiam seperti masih tak percaya dengan apa yang terjadi semalam ,akhirnya hari itu kami habiskan dengan canda gurau di sekitar vila sampai menjelang senja kamipun kembali pulang ke Jakarta membawa sejuta pengalaman yang teramat sangat menyeramkan

penulis,Adrian kelana (181)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun