Mohon tunggu...
Adrian Kelana
Adrian Kelana Mohon Tunggu... -

lelaki yang lahir dari ranah pujangga bukittinggi ,atau lebih dikenal dengan Minang Kabau pada tanggal 15 desember 1976 juga sangat aktif menulis puisi dijejaring sosial face book, untuk menyalurkan bakatnya pada dunia sastra . sekarang juga telah menerbitkan buku antologi puisi 10 penyair tarian ilalang yang dapat ditemukan di toko gramedia, dia juga aktif dalam komonitas TARIAN JEMARI yang dibentuknya bersama teman sastrawan yang berlokasi di TAMAN ISMIL MARZUI Jakarta,jika ingin mengenalnya lebih lanjut silahkan ke akun face book Facebook facebook.com/adrian.kelana Situs Web http://rimbakelanakata.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(Paradoks) Misteri Kampung Siluman

24 April 2011   03:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:28 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mentari mulai mendaki kaki langit setelah semalaman bersembunyi menyimpan cahayanya, kami bersiap siap untuk sebuah perjalanan dalam mengisi hari libur setelah jenuh dengan kesibukan dan kebisingan Ibu kota. Dengan menggunakan mobil Anton, kami mulai menelusuri jalan yang menuju sebuah daerah pergunungan di piggiran Jakarta, hanya beberapa jam kami telah sampai di tempat yang dituju

"Heru tolong masukan semua barang bawaan ini kedalam Vila"

teriak Rusdi meminta tolong

Sementara saya bersama Anton memarkirkan mobil pada tempat yang sedikit teduh , angin perbukitan mulai melacuri tubuh kami dengan mengirim gigilnya. Heru dan Rusdi telah masuk terlebih dahulu kedalam Vila yang kami sewa dari penduduk setempat

Oya ,saya belum memperkenalkan diri, panggil saja saya Reza,karna nama itu tak asing lagi ditelinga saya he he

Kami datang dari Jakarta dengan sebuah tujuan melonggarkan syaraf syaraf yang mulai tegang oleh kesibukan sehari hari dalam menyulam masa depan, kami berempat bekerja dibidang yang berbeda

Anton adalah seorang pengusaha muda yang bergerak dibidang perikanan, sama dengan Rusdi, sedangkan Heru dan saya hanya pegawai biasa disebuah perusahan kecil di Ibu kota

Tak terasa senja mulai melukis jingga di lekuk langit , semua terasa indah tatkala awan melukis sajak sajak yang membuat damai pada setiap mata yang memandangnya

Dengan menikmati secangkir kopi  yang diracik oleh Rusdi kami habiskan senja itu dengan tawa canda sampai malam mulai mengirim bias rembulan pada langit yang memancarkan sinar purnamanya

"Bagaimana kalo malam ini kita jalan jalan keluar menikmati malam dengan suasana perkampungan ?"

sela Anton yang mulai jenuh berdiam di dalam Vila

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun