Mohon tunggu...
adrati sovia
adrati sovia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

achive your dream

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Luar Sekolah sebagai Pendidikan Sepanjang Hayat

15 Desember 2021   21:31 Diperbarui: 15 Desember 2021   21:49 2319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

15. Pembelajaran sepanjang hayat mendorong kreativitas dan kemampuan beradaptasi individu dan masyarakat.

16. Pembelajaran seumur hidup dalam pekerjaan pemeliharaan

17. Tujuan utama belajar sepanjang hayat adalah untuk memelihara dan meningkatkan kualitas hidup.

18. Prasyarat untuk belajar sepanjang hayat adalah kesempatan, motivasi dan kemampuan untuk belajar.

19. Belajar sepanjang hayat adalah koneksi dasar dalam semua kehidupan.

20. Pembelajaran sepanjang hayat menawarkan sistem yang komprehensif untuk semua pendidikan kejuruan.

Tujuan umum pendidikan adalah untuk meningkatkan kecerdasan, melatih manusia yang cakap, cakap, mandiri dan inovatif, serta memantapkan keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu, pendidikan diperlukan bagi manusia agar dapat hidup sebagai makhluk individu, sosial dan keagamaan. Disinilah peran lembaga pendidikan formal dan nonformal untuk membantu masyarakat mencapai tujuan pendidikan yang telah diuraikan di atas. Melalui pembelajaran sepanjang hayat, diharapkan masyarakat dapat menjadi manusia yang terdidik. Mengenai hakikat pendidikan berkelanjutan (PSH), hal ini dipandang perlu karena pada bagian ini diuraikan aspek-aspek yang terkandung dalam konsep keilmuan, antara lain: (1) konsep pendidikan berkelanjutan; (2) tahap belajar terus menerus; dan (3) membangun pembelajaran mandiri melalui pembelajaran sepanjang hayat.

Pentingnya memahami dan mengintegrasikan lingkungan belajar mahasiswa yang mengambil mata kuliah PSH. Hal ini karena dengan pemahaman yang utuh terhadap keterampilan, mereka akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pembelajaran PSH dalam implementasi kurikulum. Di sisi lain, itu dapat diimplementasikan sebagai tujuan pendidikan dan sebagai cara mengajar di lingkungan belajar luar sekolah. Pembelajaran sepanjang hayat adalah fondasi di balik pengembangan keilmuan pendidikan luar sekolah. Sutaryat Trisnamansyah (dalam Taqiyuddin, 2008: 35) menyatakan bahwa konsep belajar sepanjang hayat harus dipertimbangkan sebagai gagasan utama (perguruan tinggi) dari perencanaan pendidikan ekstra kurikuler. Di sisi lain, D. Sudjana dengan pandangan yang sama menjelaskan bahwa pendidikan berkelanjutan yang dihadirkan oleh rencana pendidikan pada tahun 1960-an sebenarnya telah menjadi fenomena alam dalam kehidupan manusia. Fakta ini menyoroti pentingnya belajar sepanjang hayat bagi kehidupan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan dan pembelajaran.

Belajar sepanjang hayat tidak terbatas pada pendidikan orang dewasa, dll, tetapi mencakup dan membentuk satu kesatuan dan semua tahapan pendidikan secara keseluruhan. Dalam melanjutkan pendidikan, sekolah hanya dipandang sebagai salah satu dari sekian banyak agen pendidikan. Memang, selain sekolah, terdapat pula pusat-pusat pembelajaran, lembaga, kelompok, organisasi, industri dan lain-lain yang berperan dalam memenuhi misi pendidikan membentuk masyarakat belajar. Belajar untuk hidup (learning to be) dan komunitas belajar adalah tujuan dari belajar sepanjang hayat. Definisi lain dari PSH mirip dengan pendidikan sepanjang zaman. Pendidikan selama berabad-abad telah meluas ke seluruh kehidupan seseorang. Artinya, semua kegiatan pendidikan bagi seseorang berlangsung seumur hidup, dan juga berlangsung di mana saja. Jangka waktu dan tempat kegiatan pendidikan meliputi dan memadukan semua tahapan pendidikan dan tidak terbatas pada semua kegiatan pendidikan usia sekolah. Jadi, PSH mencakup semua model kegiatan pendidikan, baik formal, informal maupun informal, baik kegiatan pembelajaran terencana maupun santai (Suhartono, 2008: 66).

Pendidikan sepanjang zaman cenderung memadukan dimensi pendidikan horizontal dan vertikal dalam setiap aspek dan tahapan kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan sepanjang zaman bersifat universal, berlaku bagi siapa saja, di mana saja dan kapan saja. Jadi, berbeda dengan lembaga pendidikan sekolah yang bersifat elitis yang hanya berlaku bagi pihak-pihak tertentu yang mau dan mampu melibatkan diri di dalamnya.

Selain itu, istilah belajar sepanjang hayat sering digunakan secara sinonim dengan belajar sepanjang hayat. Hal ini dijelaskan untuk lebih memahami konsep dasar belajar sepanjang hayat. Dalam percakapan sehari-hari, keduanya dianggap sama, sehingga dapat digunakan secara bergantian tanpa mengubah maksud dan tujuan percakapan. Namun, secara konseptual belajar sepanjang hayat berbeda dengan belajar sepanjang hayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun