Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Gadis Desa "Hancur" di Aplikasi Kredit, Apa karena di Desa Internet Tidak Selancar di Kota?

16 Februari 2024   21:16 Diperbarui: 17 Februari 2024   04:26 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang sedang membuka aplikasi pinjaman online. Sumber: KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Saya ingat ketika bertugas di Pulau Sumbawa, NTB. Pada rentang tahun 2011 hingga 2015, beberapa kali ada order pengajuan kredit dari nasabah-nasabah yang tinggal di daerah pegunungan jauh dari pusat kota. Butuh satu hingga dua jam ke desa mereka. 

Kondisi jalannya jangan tanya lagi. Hancur lebur. Yang puluhan tahun lalu jalan aspal, kini aspal nya sudah lepas berganti kerikil. Bila musim hujan, jalan tanah malah jadi kubangan air dan becek. 

Pulang dari lokasi mereka dikasih oleh oleh celana kotor dan sepatu penuh lumpur. Itu belum resiko motor slip dan jatuh karena licin. Belum tentu juga pengajuan kreditnya disetujui sama analis kredit. 

Ketika duduk bersama calon nasabah, saya perhatikan mengapa keluarga si nasabah suka naik ke atas atap rumah. 

"Cari sinyal Pak. Di sini susah dapat sinyal. Entah sampai kapan, ngga bisa pake internet," kata si nasabah. 

Oalah...Indonesia sudah merdeka dari tahun 1945, tapi banyak warga desa belum merdeka pakai internet. 

Saya membayangkan di Pulau Sumbawa Propinsi NTB saja seperti itu, bagaimana dengan kampung -kampung di pedalaman Papua yang notabene lebih terpencil? Di Maluku yang pulau-pulau kecilnya lebih banyak dan tersebar dibanding Bali atau NTT? 

Dalam dua belas tahun terakhir,bisnis pembiayaan sudah banyak mengadopsi teknologi internet. Para new comer alias kompetitor  baru seperti aplikasi -aplikasi kredit online hingga pinjol bisa dengan gampangnya diakses oleh masyarakat. 

Mereka bahkan lebih lincah dalam teknologi digital dibanding perusahaan -perusahaan pembiayaan besar yang lebih dulu eksis. 

Apalagi semenjak pemerintah mewajibkan setiap warga harus punya e KTP, berdampak langsung terhadap kebijakan kredit. Setiap WNI boleh ajukan kredit kendati tempat tinggalnya bukan di alamat E KTP. 

Di sistem akan diinput dua alamat, yakni alamat permanen dan alamat tinggal. Beda kota beda pulau beda propinsi tak masalah. Inilah mengapa  debitur seperti Si Maria pada kisah di atas bisa dimanfaatkan oleh majikannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun