Bisa jadi si marketing merasa nasabahnya mampu bayar, tapi kendala status tempat tinggal, makanya disarankan kalau bisa nanti bayar enam bulan di depan plus DP. Itu mungkin analisanya saya.Â
Dengan sudah bayar di depan, tentu sekalipun bila si nasabah itu akhirnya tak lama ngekos di situ lalu pindah atau pulang kampung lagi, dia cenderung akan bertanggung jawab. Istilahnya nasabah sudah diikat.Â
Tanggung ngga sampai lunas, sudah banyak bayar di depan. Dan kreditur pun meminimalisasi kerugian karena perilaku nasabah pendatang yang suka nomaden alias pindah-pindah kos.Â
Dua sisi debitur berstatus pendatang, untung atau buntung?Â
Dalam bisnis pembiayaan, profit ditentukan dari volume penjualan dan total AR (Amount Receivable) yang artinya total pokok hutang ditambah bunga.Â
Banyaknya jumlah nasabah akan menambah fee base income yang berasal dari biaya admin dan lain sebagainya. Sedangkan semakin besar nilai pembiayaan akan kian besar keuntungan bunga.Â
Bandingkan pembiayaan sebuah iPhone, sebuah motor dan sebuah mobil. Meski cuma 1 unit kredit, tapi profit yang diberikan sangat jauh berbeda.Â
Pada segmen nasabah berstatus tempat tinggal mess, kos-kosan hingga rumah kontrakkan, mereka lebih banyak kredit motor dan barang-barang bersifat durable.Â
Misalnya HP, iPhone, mesin cuci, lemari es hingga kredit dana dengan jaminan atau tanpa jaminan.Â
Meski nilai AR nya lebih kecil dibanding kredit mobil, tapi karena volumenya tinggi lantaran sangat dibutuhkan oleh mereka, ini jadi pasar yang potensial. Sayang bila tidak dikelola dengan baik.Â
Namun seperti pada contoh pertama di awal tulisan, habit nasabah yang suka berpindah-pindah kerap ditemui dalam kasus-kasus di lapangan manakala nasabah menunggak.Â