Di Indonesia, mayoritas jalan raya menggunakan aspal sebagai pelapis atas yang biasanya dinamakan perkerasan lentur. Lentur karena ketika dilintasi roda kendaraan, struktur lapisannya akan melentur.Â
Kalo jalan beton yang disebut perkerasan kaku lebih mahal biaya konstruksinya dibanding jalan beraspal. Oleh karena itu pemerintah jauh lebih banyak membangun jalan beraspal dibanding jalan beton.Â
Tapi kalo mau tahu jalan beton kayak gimana, lihat saja landasan pesawat di bandara. Struktur dan penampakannya kurang lebih semacam itu.Â
Ketika bikin struktur jalan berlapis aspal biasanya sudah direncanakan umur jalan itu untuk berapa tahun ke depan masih layak. Misal 10 tahun atau 20 tahun, tergantung apakah itu jalan arteri, kolektor atau jalan lokal.Â
Meski cuaca yang bisa berakibat banjir sehingga jalan terendam air, faktor kerusakan oleh beban lalu lintas berlebih menjadi faktor terbesar penurunan fungsi jalan.Â
Dan dimensi kendaraan yang melintas, roda-roda kendaraan yang paling berpengaruh karena beban muatan bertumpu di roda yang menekan permukaan jalan.Â
Karena itu dalam perhitungan teknis bagaimana merencanakan tebal lapisan permukaan jalan yang biasanya disebut tebal perkerasan, muatan sumbu terberat ( MST) beraneka tipe kendaraan diasumsikan sebagai angka ekuivalen.Â
Dari gambar di atas, secara garis besar tipikal kendaraan ada yang sumbu tunggal maupun sumbu ganda di mana beban terdistribusi akan menekan permukaan jalan.Â
Beban-beban ini akan menghasilkan angka ekuivalen yang dimasukkan dalam tahap-tahapan perhitungan menentukan tebal lapis perkerasan untuk umur jalan sekian tahun.Â