Langkah selanjutnya adalah menghitung Daya Dukung Tanah (DDT) dasar yakni tanah dasar di bawah permukaan jalan dengan metode pengujian CBR. Nilai CBR di lapangan (di lokasi jalan) akan disesuaikan dengan grafik nomogram DDT.Â
Biasanya grafik korelasi DDT-nya sudah ada, jadi tinggal di tarik lurus mendatar saja antara antara grafik CBR akan ketemu nilai korelasi DDT nya.Â
Kemudian dicari FR (Faktor Regional) di lokasi jalan terkait cuaca, kelandaian, dan sebagainya. FR juga sudah ada tabelnya jadi tinggal sesuaikan aja.Â
Lalu tahap selanjutnya mencari Indeks Permukaan (IP). IP biasanya sudah ada tabelnya jadi hanya menyesuaikan berapa LER-nya, dan jenis jalannya apa (arteri/kolektor/lokal) dan jenis lapis permukaan aspal serta kekasarannya, maka nilai IP didapatkan. Ada IP awal dan IP akhir.
Hmm....agak panjang ya tahapan hitungnya, hehe. Makanya umumnya diajarkan setelah dasar-dasar geometrik jalan. Perlu siap tabel dan grafik jadi tinggal menghitung sambil lihat dan cocokkan dengan tabel.Â
Apa sudah selesai? Belum lagi dikit....Tahap berikut hitung Indeks Tebal Perkerasan (ITP) karena LER, DDT, FR dan IP sudah diketahui tinggal menyesuaikan pada nomogram yang ada untuk menentukan ITP.Â
ITP adalah indeks yang menentukan total tebal perkerasan jalan dari akumulasi tebal lapis permukaan, lapis pondasi atas, lapis pondasi bawah. Tebal lapis per lapis ini biasanya diinisialkan dengan notasi D1, D2 dan D3 dalam satuan cm dengan sebuah rumus.Â
Di biasanya tebal lapis permukaan atas, D2 tebal lapis pondasi atas dalam cm juga dan D3 tebal lapis pondasi bawah.Â
Demikian kurang lebih tahapan nya.Â
Bagaimana pengaruh beban muatan berlebih yang melintas?Â
Pada desain awal perencanaan tebal perkerasan jalan menggunakan beban muatan normal atau yang disyaratkan untuk klasifikasi jalan tersebut.Â