Tahapan menghitung
Bagi yang belum pernah mendapat ilmu teknis soal perencanaan perkerasan jalan atau pun bekerja di bidang tersebut, di bawah ini hanyalah sedikit sharing pengetahuan dari apa yang dipelajari dulu.Â
Sebagian besar jalan di Indonesia adalah perkerasan lentur sehingga analisa beban muatan sumbu tunggal atau sumbu ganda lebih banyak digunakan dalam perencanaan tebal lapisan jalan termasuk overlay, yakni istilah untuk meninggikan permukaan jalan lama.Â
Secara singkat yang dihitung duluan adalah lalu harian rata-rata (LHR) dari semua jenis kendaraan yang melintas.Â
Kemudian akan dihitung Lintas Ekuivalen Permukaan (LEP) yakni jumlah lalu lintas ekuivalen harian rata-rata sumbu tunggal 8,16 ton (8160 kg) pada jalur yang direncanakan pada awal umur rencana jalan.
Oh ya 8,16 ton dianggap sebagai beban standar sehingga beban kendaraan baik pada sumbu tunggal atau pun sumbu ganda akan dibagi dengan 8160 kg dikalikan koefisien distribusi jenis kendaraan dalam sebuah rumus.Â
Sudah mulai pusing ya? Hehe, santai aja kakak. Ini rumusnya agak banyak jadi tidak ditampilkan semua
Lalu berlanjut dihitung lagi LEA (Lintas Ekuivalen Akhir) dengan rumus yang hampir sama yang diprediksikan terjadi pada akhir umur rencana jalan.Â
Setelah LEP dan LEA didapatkan, akan dihitung LET ( Lintas Ekuivalen Tengah) di mana LET = (LEP+LEA) dibagi dua.Â
Data LET ini akan digunakan untuk mendapatkan LER (Lintas Ekuivalen Rencana) di mana LER = LET dikalikan FP (Faktor Penyesuaian).Â
FP adalah umur rencana jalan dibagi 10 di mana angka 10 adalah konstanta. Misal umur jalan 20 tahun, berarti FP = 20/10 = 2. Dengan kata lain LER/ LET = UR / 10.Â