Just Sharing...
Kemarin sore saya belanja ke sebuah warung ala-ala angkringan. Model sajian dan dagangan makanan yang dijual mirip, cuman pilihannya menu jauh lebih banyak.Â
Tak hanya aneka lauk yang digoreng, tapi juga beragam masakan sayur hingga jajanan pasar.Â
Lapak yang dikelola para warga ini merupakan usaha rumahan yang menjajakan produk makanan.Â
Masakan yang sudah jadi dan kadang masih hangat-hangatnya disajikan dalam sebuah wadah kemudian digelar di atas meja. Mulai dari yang digoreng hingga dikukus atau dibakar, makanan ringan maupun makanan berat. Termasuk sejumlah kue jajan pasar seperti nagasari, wajik, kue bantal,dan lainnya.Â
Sayangnya tak ada dijual nasi putih, kecuali nasi bungkus. Selain itu, tak bisa makan di sana alias hanya dibungkus dan dibawa pulang. Dan sudah hampir sekian tahun, saya jadi salah satu pelanggan yang kerap belanja di sana.Â
Sejak pandemi bergulir dari tahun lalu, deretan kedai makanan yang buka mulai jam 5 hingga jam 9 malam ini tidak pernah tutup.Â
Rasanya mau Covid atau pun tidak, bahkan PPKM level 3 atau 2, tetap selalu diburu pembeli. Saya bahkan kadang kehabisan bila datang belanja di atas 7 malam.Â
Mungkin karena kebutuhan makan selalu wajib sifatnya dan para pelanggan terasa dimudahkan beli lauk pauk yang sudah jadi ketimbang masak di rumah, sehingga mereka tak pernah putus belanja di sana. Saya perhatikan bahkan kadang di masa puasa pun tetap laris manis.Â
Saya sendiri cukup terbantu dengan adanya lapak makanan yang sudah jadi ini, karena tugas jauh dari keluarga dan saya tak perlu harus ribet masak di rumah. Cukup beli di sana dan hanya masak nasi putih di rumah.Â
Kelebihan membeli masakan jadi ialah seandainya tak sempat dimakan semua, bisa disimpan di lemari es agar bisa dipanaskan esok harinya untuk disantap.Â