Listrik, air , AC, bayar satpam buat jagain, perawatan dan kebersihan, tetap harus keluar uang juga kan, meski berkurang karyawan atau pegawai yang bekerja. Itu belum termasuk biaya vaksinasi bagi awak perusahaan, sejalan dengan upaya perlindungan di internal.Â
6. Kelola aset yang dimiliki.Â
Umumnya aset itu ada 2, yakni yang dapat dilihat (tangible) dan yang tak berwujud (intangible). Aset tangible misalnya sejumlah dana di tabungan, properti tanah rumah, hingga kendaraan.Â
Fenomena di masa pandemi warga menjual rumah, hotel, apartemen hingga kendaraan mewah seperti moge (motor gede), adalah bentuk lain mengelola aset dengan menjualnya demi menutupi kekurangan dana. Â Â
Sebenarnya bekerja dan berbisnis, adalah bentuk mendayagunakan aset tak berwujud. Karena manusia umumnya dibayar karena kemampuan diri yang lebih banyak ditentukan oleh talenta, skill dan usaha.Â
Bila kendaraan dan hunian masih dalam cicilan, mungkin ada baiknya mencari tambahan sumber penghasilan lain bila pendapatan utama terdampak. Â Atau bisa juga menjual sejumlah barang yang dirasa tak penting namun dibutuhkan orang lain.Â
Media sosial semacam twitter dan facebook, malah jadi ajang melego barang pribadi atau barang bekas. Cuci gudang  ala Netizen ini berharap dapat uang meski dilepas murah. Daripada tak terpakai dan penuhin rumah atau lemari.Â
7. Analisa total pemasukan dikurangi total pengeluaran.
Mulai dari langkah nomor 1 di atas hingga langkah ke 6, apakah jumlah dana yang dimiliki (di luar piutang dan bon -bon yang belum terbayar), lebih besar atau lebih kecil.Â
Bila lebih besar, berarti ada sedikit rasa aman. Setidaknya untuk bertahan dan berjaga-jaga selama periode PPKM. Namun bila lebih kecil, coba analisa kembali, apakah semua sumber pemasukan sudah dimasukkan.Â