Saya pernah jadi tipe nomor 2 ini, hehe. Semoga Anda tidak ya:)
3. Versi asyiknya rame-rame tanpa mikir perasaan tetangga kiri kanan
Nih bila ada hajatan, nikahan, sunatan, atau bikin acara yang ngundang banyak orang dan rumahnya di kompleks perumahan yang ngga lebar jalannya. Tak membatasi bawa kendaraan. Mau roda 2, roda 3, roda 4, semuanya boleh.
Tak apa apa sih bila tetangga satu blok atau blok lainnya yang juga menggunakan akses jalan yang sama tak merasa berkeberatan. Namun seperti kata peribahasa, "dalam laut bisa diduga, dalam hati siapa yang tau."Â
Bisa-bisa jadi bahan ceritaan penghuni lain yang saling WhatsApp-an. Meminjam lirik dangdut milik Elvi Sukaesih "Bisik -bisik tetangga, kini mulai terdengar....ah..ah...ah, sampai Pak RT pun ikut mengatur". Hehe....
Bagaimana seharusnya?Â
Hidup bertetangga memang membutuhkan empati dan toleransi. Itu lekat dengan status manusia sebagai makhluk sosial.Â
Tak bisa hidup sendiri. Membutuhkan orang lain manakala dan bersinggungan satu sama lain dalam lingkungan yang sama. Salah satunya di komplek perumahan.Â
Bila lahan memang sudah terbatas, bila kapasitas secara penghasilan hanya bisa memiliki tipe hunian yang "segini-gini aja" dalam tanda petik, dibutuhkan kesepahaman dengan penghuni lain yang mungkin berbeda latar belakang.Â
Sejumlah hal ini bisa diterapkan, antara lain:
1. Bila memang kondisi jalur jalan tak lebar-lebar amat, buatlah aturan entah tertulis atau tak tertulis
Tentu ini menjadi kesepatan satu sama lain. Lebih baiknya sih dipandu sama ketua RT atau ketua RW demi kenyamanan bersama.Â