Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Nanga Tumpu dan Januari yang Biru

3 Januari 2021   18:10 Diperbarui: 3 Januari 2021   21:16 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duduk di kursi makan warung kecil di pinggiran laut dengan pemandangan indah ke bawah, David memesan segelas kopi hitam. Waktu menunjukkan pukul 16.00 Wita. Hampir 8 jam perjalanan dari ibu kota NTB menuju tempat ini. 

Pesawat Garuda tadi pagi dari Cengkareng berangkat jam 6 sampai di Praya jam setengah 8. Beruntung ada Si Tonny, teman satu fakultasnya dulu yang asli Lombok,  yang kini telah bekerja di salah satu Bank BUMN, lebih tahu daerahnya dan merekomendasikan angkutan travel lintas kabupaten. 

Pelayan wanita datang mengantarkan pesanannya. Hitam pekat  dan masih mengepulkan uap. Aroma khas kopi yang merangsang penikmatnya untuk segera menyesapnya. 

" Selamat tahun baru Mas...silahkan diminum kopinya," sapa ramah si pelayan kala menaruh gelas kopi itu di meja pria berambut lurus itu. 

David tersenyum. Baru tersadar bahwa tak terasa sudah 3 hari lepas dari tahun 2015. Masih suasana new year. Beberapa penumpang ada yang bersenda gurau dan bercakap dengan penumpang lain.  Sepertinya mereka sudah saling kenal. Berkomunikasi dalam bahasa lokal. 

David mengeluarkan HP Android dari ranselnya. Membuka pesan dan ingin mengabari Desy, yang natalan lalu pulang ke Palangkaraya. Teman dekat yang sudah menemaninya semasa kuliah hingga kini masing-masing sudah menjadi pegawai kantoran, memang setiap hari raya pulang menjenguk keluarganya di ibu kota Kalimantan Tengah sana. 

Meski sudah 4 tahun berjalan, diantara mereka berdua belum ada kepastian menaikkan status dari teman jadi kekasih atau tunangan. David masih menikmati kerjaannya sebagai tenaga IT yang bertugas dari daerah ke daerah. 

Desy meski kerja di Ibukota juga, namun masih galau apakah akan terus di Jakarta atau pulang menetap di Palangka menemani masa tua Papanya yang seorang purnawirawan TNI. 

"Kapan ngana Kaweng David? So taon baru ini...Ngana mo tunggu sampe Mama so mati baru ngana baikat janji ka?" 

Itu WA sang ibunda dalam dialek Manado yang masuk pertama di inbox nya David. Dia sadar bukan orang tuanya memaksa menikah, namun ingin melihat dirinya bisa menemukan pasangan hidup sebagai teman berbagi dalam perjalanan kehidupannya. 

Dalam hatinya,tak ada wanita lain yang dekat di hidupnya selain Desy, gadis dari Borneo itu...namun Desy pun masih galau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun