Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seseorang Melontarkan Rasis, Ini Mungkin 7 Penyebabnya

21 Juni 2020   18:49 Diperbarui: 22 Juni 2020   00:05 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah berdiri di depan cermin seorang diri dan naked alias telanjang? Eitss, ini bukan vulgar atau porno. Tapi ini bisa jadi adalah cara untuk melihat tampilan fisikmu yang sebenarnya. Selain berguna tuk mendeteksi  ada 'yang' aneh mengindikasikan gangguan kesehatan, juga bisa sekalian ajukan pertanyaan :  Apakah saya bangga dan bersyukur terhadap  orang di dalam cermin itu? 

Ataukah saya membencinya?Respon kita menunjukkan seberapa besar penerimaan diri. Orang yang kurang bisa menerima fisiknya, cenderung akan menghina fisik orang lain. Itu ada benarnya. 

Cara yang kedua, bisa juga menaruh peta dunia di dinding ruangan atau bola dunia. Sekarang lihatlah daerah atau kota tempat berdomisili. Bandingkan betapa kecilnya lokasi tempat tinggal,dibandingkan satu negara, apalagi belahan dunia lain. Betapa luasnya.Betapa berwarna -warni dunia ini dan manusianya. Lalu apa faedahnya seseorang bisa begitu rasis terhadap yang lain? Apakah hanya ras dan golongannya yang begitu mulia di bumi yang bisa hancur seketika karena bencana? 

6. Bercanda boleh, tapi  Say No To Racism

Orang tua yang terbiasa mengumpat dengan makian, bakalan akan ditiru sama anak dan cucu -cucunya. Boleh percaya boleh tidak, tapi realitanya memang demikian. Meski terlahir sebagai orang timur Indonesia, jujur, tak pernah ada bahasa umpatan populer itu di rumah, dengan dua kata yang dimulai dari,  maaf, : C*****i atau A****G. 

Sehingga saat kuliah,sedikit heran, ketika teman -teman atau orang -orang bisa sesukanya ngomong dua bahasa itu. Hal yang sedikit membuat aneh. Sampai sekarang di tempat bekerja, kadang aja kedengaran dua kata itu. Suatu saat saya menegur salah satu rekan,yang secara struktur berada di bawah saya kala keluar kata itu dari mulutnya, beberapa tahun lalu.

" Pak, yang seperti ini sudah biasa dari saya  kecil di rumah. Orang tua juga bisa ngomong begiu," jawabnya

Saya malah diketawain sama sebagian yang lain. Mungkin dirasa itu biasa, apalagi omongan dikalangan laki -laki. Saya yang aneh. Dalam hati, cuma membatin. Ternyata rambut saya memang lebih keriting, tapi mulut masih lebih lurus alias tak bisa ngomong seringan  itu..hehe.

Salam, 

Sumbawa NTB,21 Juni 2020

19.35 Wita  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun