Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berbagi Kisah Perjalanan dari Sumbawa ke Jakarta (Part 4, Terakhir)

1 Oktober 2019   20:19 Diperbarui: 2 Oktober 2019   01:57 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelataran bandara juga adalah ruang berkumpul antara pengantar dan yang diantar, ruang nongkrong sembari menunggu pesawat take off, atau menghabiskan waktu andai pesawat delay. Interior dekorasi dan kenyamanan di dalam ruang usaha juga disesuaikan.

Ujung -ujungnya terkoreksi ke harga produk yang dijual. Dengan volume traffic penumpang setiap hari datang dan pergi bandara sudah pasti ada yang singgah meski harganya merobek dompet...haha# Paling tidak dengan tau asal muasal kenapa harga nya segitu, bisa jadi kita tidak terlalu mempersoalkannya. 

Sensasi Kereta Bandara 
Tak ada akar rotan pun jadi. Tak dapat naik MRT, kereta bandara pun tidak masalah. Niat utama menjajal MRT, namun kami bingung dimana stasiunnya dan harus ke arah mana mencari loket atau mendapatkan tiketnya. Oleh petugas kami diarahkan ke lantai dua. Di atas kami duduk dan menunggu sebentar untuk selanjutnya naik skytrain atau kereta layang menuju stasiun kereta bandara.

dokpri
dokpri
Tujuan kami ke Hotel Erian sebagai lokasi penginapan, berdekatan dengan kawasan Monas. Mengingat padatnya acara pada final day di tanggal 26 April 2019 dan setelah itu besok pagi nya jam 7 kami sudah harus ke bandara Soeta untuk balik ke Lombok, kami memutuskan untuk mampir dulu membeli oleh-oleh buat teman -teman dan keluarga yang sudah request sebelum kami ke Jakarta. 

Taulah orang Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, ada teman, sodara, keluarga atau kerabat yang perjalanan dinas atau traveling ke pulau lain, apalagi namanya ke kota besar atau luar negeri, selalu semuanya minta oleh-oleh.

Dari jaman naik pesawat masih gratis bagasi sampai jaman now mesti bayar bagasi, kebiasaaan minta oleh -oleh ngga berubah. Padahal dipikir -pikir bayar bagasi bisa sama besar nilai uangnya dengan tiketnya...hehe. 

Sebagian besar pesan baju, jadi kami berniat ke Tanah Abang yang katanya murah-murah di sana. Tapi setelah kami browsing, ternyata Tanah Abang hanya buka sampai sore sekitaran jam 5. Akhirnya kami putuskan ke Pasar Senen aja lantaran jaraknya dengan tempat kami menginap juga tidak terlalu jauh. 

"Kami mau Pasar Senen. Bisa bantu kami, harus turun dimana," tanya Uki pada petugas yang melayani di loket pembelian tiket. 

Namanya Mas Iqbal, pria dengan usia kurang lebih 30 an yang bertugas pada sore itu memandu kami untuk membeli tiket secara online via mesin tiket dengan menggunakan kartu ATM. Uki pun mencobanya. Tidak sampai 2 menit, keluar tiga tiket dengan harga 60 ribu per tiket per orang.Berarti terbayar 180 ribu. 

"Mas-mas nya nanti turun di Stasiun BNI City, dari sana bisa menggunakan bus trans ke Pasar Senen," saran Mas Iqbal

dokpri-tiket kereta bandara
dokpri-tiket kereta bandara
Kami mengucapakan terima kasih dan menunggu di ruang tunggu penumpang yang desainnya interior bagus banget. Tidak lupa saya take beberapa foto sebagai bahan dokumentasi untuk tulisan ini. Lalu lalang pengguna kereta bandara di ruang antrian tidak terlalu ramai seperti halnya di Stasiun Kereta Api pada umunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun