Just Sharing....
Pernah mencicipi nasi bungkus? Bagaimana soal rasa? Hmm.., soal rasa tergantung selera lidah masing - masing orang.Â
Yang pasti yang namanya nasi bungkus biasanya harganya lebih murah dibanding kita membeli sepiring nasi campur atau nasi ayam di warung makan atau restoran. Ditambah satu lagi, porsinya lebih sedikit.Â
Bila nasinya lebih banyak, lauk pauknya sedikit. Kadang juga lauk pauknya bervariasi tapi nasinya lebih sedikit. Ada nasi putih, kering tempe, sepotong kecil daging ayam/sapi plus sedikit sayur. Bahkan kadang sayur dengan mie instan goreng.Â
Ya wajarlah..., wong dijual murah masa porsinya haruus banyak. Â Rugi dong pedagangnya...hehe.Memang berapa sih harga nasi bungkus? Kemarin malam saya beli harganya 7 ribu per bungkus. Itu di Kota Sumbawa Besar NTB. Isinya nasi putih, sepotong kecil rendang sapi, sedikit mie goreng plus sambal.Â
Sebelum naik BBM, dijual 6 ribu per bungkus. Setelah naik BBM dinaikkan 1000 rupiah.Sekarang setelah BBM turun lagi, tetap dijual 7 ribu. Ya sudahlah masalah untung seribu dua ribu mungkin sudah rejekinya penjual atau pedagang.
 Saya rasa harga nasi bungkus segitu mungkin tidak terlalu beda jauh dengan harga di Jawa, di Sumatra atau di wilayah Indonesia Timur. Atau mungkin lebih murah kali...he...he.Â
Yang unik dari nasi bungkus yang saya beli adalah pada rasa nasinya. Waduh...kok keras amat. Ini berasnya dimasak pake apaan ya? Dikukus ngga? Airnya yang sedikit apa berasnya yang kebanyakkan? Saya lalu bertanya pada pedagangnya kok nasinya kaya gini rasanyaÂ
"Wah saya ngga tau Mas. Saya terimanya (dari pedagang nasi juga) sudah kaya gitu. Mungkin karena cuaca malam," jawab pedagang nasi yang membuka kios kecil di depan rumah sakit itu.
Lho apa hubungannya cuaca malam sama rasa nasi. Emang nasinya mengkerut bila cuaca dingin. He..he..ada - ada saja.Â
Saya akhirnya ngga jadi makan. Mending makan di warung makan saja. Pernah mengalami hal yang sama dengan saya ? He..he..Semoga tidak. Saya jadi kepikiran soal nasi bungkus itu dan mulai berhitung.Â
Bila bisnis nasi bungkus dikelola dengan baik, untungnya bisa lumayan.Paling tidak skalanya usaha rumahan.Â
Bapak pedagang itu menjual ke saya 7 ribu per bungkus, paling dia ngambil untungnya seribu atau dua ribu dari pedagang lain. Atau bisa jadi, dia dan keluarganya membuat sendiri di rumah lalu menjual di kios kecil miliknya.Â
Sekarang di sepanjang jalan utama di Kota Sumbawa Besar itu ada berapa kios kecil dipinggir jalan yang buka hingga pagi dini hari. Nitip saja, berapa yang laku itu yang dibayar, yang ngga laku dikembalikan sama pemilik kios.Â
Ngga usah buat yang banyak, hitung saja berapa kios di pinggir jalan utama yang ramai. Bila ada 8 kios, anggap saja satu kios jual 5 bungkus, ada 8 kios buatlah 40 bungkus. Bila dengan 40 bungkus, ternyata banyak yang terjual, naikkan lagi jumlah nasi bungkusnya.Â
Setelah itu, lihatlah di terminal, di rumah sakit, di instansi, di kios kecil di depan kantor - kantor, dan tempat - tempat strategis yang lain...Aduh, bisa banyak untungnya itu ibu bapak! Asal mau capek dikit.Â
Menurut saya, ada beberapa hal yang harus disiapkan agar bisnis nasi bungkus ini laris. Ini menurut saya lho yang bukan pedagang nasi, tapi sebagai masyarakat biasa yang juga bekerja di pekerjaan sekuler.Â
Kalau teman - teman kompasiner punya ide lain, boleh juga di sharing..he..he. Well.., apa saja?Â
1. Soal rasa harus nomor satu.Â
Bila rasanya enak, orang akan terus beli. Manusia itu ketagihan sama rasa..ya wajar karena manusia dilengkapi sama indera oleh Yang Maha Kuasa.Â
Salah satunya indera perasa yaitu lidah. Selera lidah tiap orang berbeda,tapi untuk rasa yang enak pada suatu makanan atau minuman bisa dirasakan pula oleh orang lain.Â
Rasa enak pada nasi bungkus tidak hanya pada nasinya, tapi juga pada lauk pauknya, bahkan bisa juga pada sambalnya. Satu kesatuan. Jangan seperti nasi putih yang saya beli itu.Â
Potongan kecil rendangnya enak, tapi nasinya keras. Akhirnya ngga jadi diterusin makannya. Pindah ke tempat lain. Bahkan besok - besok mau beli di situ lagi, jadi enggan atau berpikir dua kali.Â
Jadi rasa itu tetap yang nomor satu. Bahkan sekalipun dijual di dalam gang, tetap dicari sama pembeli. Dan biasanya pembeli yang merasa enak nasi bungkus itu akan menceritakan pada yang lain. Promosi gratis Om...he..heÂ
2. Bersih, sehat dan halal.Â
Wajib dan mutlak hukumnya. Mulai dari bahan - bahan yang dipakai. Beras yang dimasak, daging yang dipakai sampai sayur plus sambal - sambalnya. Juga kemasan dan kertas pembungkusnya.Â
Perhatikan itu, apalagi bila dijual di sekolahan anak - anak TK/SD atau play group yang secara usia sistem pencernaan mereka belum seoptimal orang dewasa.Â
Bila apa yang kita jual adalah makanan yang dibuat dari bahan - bahan yang bersih, halal dan sehat bagi mereka yang mengkonsumsinya, maka rasa aman itu akan muncul.Â
Tidak hanya bagi diri kita yang mengelola bisnis itu, tapi juga bagi mereka yang membeli dagangan kita.Â
3. HargaÂ
Kemaslah nasi bungkus sesuai harga dimana kita akan menjualnya. Bila menjual di sekolahan, buatlah harganya sesuai dengan kantong atau uang jajan anak sekolahan. Bila menjual di terminal atau di kios kecil di pinggir jalan, sesuaikan harganya juga. Bila di koperasi perusahaan atau di kantin bank, kantor pemerintah, berikan harga dasar yang sama seperti ke tempat lain dimana kita menitipkan.Â
Harga 7 ribu di terminal belum tentu bisa diterima bila dijual di kantin sekolahan.Biasanya, tempat dimana kita menitipkan akan menaikkan sekian rupiah dari harga yang dasar yang diberikan. Berapa kenaikannya ya tergantung pengelola di tempat dimana kita menaruh.Â
4. Etika dalam berbisnisÂ
Kelangsungan bisnis nasi bungkus dengan sistem nitip - jual ini sangat tergantung sama hubungan baik yang terjalin antara pedagang (pembuat nasi bungkus) dengan pengelola tempat jualan.Â
Dalam hal ini pengelola tempat adalah pemilik kios kecil, pemilik kantin sekolahan, atau pengelola kantin kantoran. Sepakati harga di awal dengan sistem titip jual, sepakati juga porsi nasi dan jenis lauk pauk yang dijual termasuk kemasan.Â
Waktu kapan diantar nasi bungkusnya dan kapan harus diambil sisanya sekalian berapa yang terjual.Â
Nomor telepon/HP juga harus yang mudah dihubungi. Hormati dan hargai juga kebijakan atau aturan di tempat dimana kita menitipkan nasi bungkus kita.
 5. VariasiÂ
Setelah pelanggannya loyal, tidak ada salahnya kita mengvariasikan lauk pauk di nasi bungkus yang kita jual. Walaupun porsinya sedikit, kan bisa kita tawarkan yang lain.Â
Ada pilihan mau daging ayam, mau daging sapi,atau tidak pake daging tapi ikan laut. Mau nasi putih atau nasi kuning. Demikian juga sayurnya. Manusia itu suka mencoba - coba.Â
Lihat saja rasa mie instant, ada rasa ini rasa itu. Selalu ada yang baru. Kadang demi alasan kesehatan juga, sehingga pembeli punya pilihan yang lain tanpa harus mengorbankan kesehatannya. enaknya dapat, sehatnya dapat.Â
6. TesterÂ
Uji dan tes rasa dari nasi bungkus yang Anda buat. Bila rasanya enak, berikan lagi satu atau dua buah bungkus sebagai sampel kepada satu atau dua orang untuk mencoba.Â
Bila enak, Anda bisa mencoba untuk memasarkan. Hal ini dapat dilakukan juga bila Anda adalah orang yang menerima titipan nasi bungkus untuk dijual.Â
Sehingga apabila ada yang dirasakan kurang, entah itu rasanya, kemasannya, lauk pauknya, atau yang lain, bisa diinformasikan kepada pembuat nasi bungkus. Sehingga Anda bisa memutuskan apakah Anda menerima atau tidak menerima titipan dagangan.Â
Terus apalagi yah? He...he...ya uda ditambahin lagi kalo ada yang kurang. Â
Happy weekendÂ
Bulan baru semangat baruÂ
Sumbawa besar, 01 Februari 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H