Kelezatan hakiki dunia ini akan menjadi milik seseorang yang telah sampai secara aktual pada tingkatan akal dan telah terlepas dari belenggu khayal, dengan itu dia mampu mendominasi dan mengatur seluruh dimensi dan kecenderungan wujudnya sedemikian sehingga ia tak menginginkan sesuatu selain yang benar dan suci, tidak melihat sesuatu selain kebaikan, dan tidak berfikir selain yang bermanfaat, dia menutup saluran benak dan kalbunya dari segala yang batil dan menjerumuskan, karena itulah sehingga dia akan mampu memahami dan memanfaatkan potensi batinnya dengan semakin baik.
Oleh karena itu, selama kita tidak berusaha mengembangkan potensi-potensi akhlak, dan selama kita belum menjauhkan dan membersihkan kotoran-kotoran dan khayalan-khayalan merusak dari kejernihan benak kita, maka benak tersebut tidak akan pernah merefleksikan hakikat sebagaimana cermin yang memantulkan cahaya, dan kita tidak akan pernah menemukan kecintaan abadi. Jadi, manusia harus merasakan kelezatan khayal dalam jiwa suci, dengan akal menguasai khayalan tersebut dan mengontrolnya dari setiap kecenderungan liar dan sia-sia.
Sumber: http://teosophy.wordpress.com/2009/08/30/dimensi-wujud-manusia/#more-152
[1] . Qs. Al-A’la: 13.
[2] . Qs. Muhammad: 12.
[3] . Syarh al-Isyaraat, jilid 3, hal. 349.
[4] . Qs. Al-Isyra’: 72.
[5] . Qs. Al-Waqi’ah: 79.
[6] . Qs. Al-Mukminun: 12-14.
[7] . Qs. As-Sajdah: 11.
[8] . Qs. Az-Zumar: 42.