4. Peran Tubuh
Allamah Thabathabai ra pada jilid pertama kitab Al-Mizan menuliskan sebuah pembahasan yang menarik tentang peran tubuh dalam aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Beliau sepakat bahwa seluruh subyek yang dikatakan oleh para fisiolog tentang kewajiban organ-organ tubuh adalah benar, yaitu bahwa di dalam otak dan sel-sel saraf serta bagian-bagian lain tubuh seperti mata, telinga, hidung, dan … terjadi berbagai aksi, reaksi, serta aktivitas-aktivitas rumit dan menarik lainnya supaya sistem tubuh manusia melakukan aktivitasnya dengan keteraturan dan mekanisme yang menakjubkan untuk menimbulkan kegiatan-kegiatan lain pada diri manusia seperti melihat, mendengar, berfikir, tertawa, menangis, marah, dan lain sebagainya.
Tentunya poin yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa seluruh aksi dan reaksi yang terjadi pada seluruh organ dan sel-sel tubuh, semuanya hanya bertindak sebagai perangkat dan alat bantu bagi jiwa. Pada dasarnya, mata, telinga, hidung, lidah, otak, dan lain-lain, semuanya tidak memiliki peran lain kecuali hanya merupakan bagian dari alat yang diletakkan dalam kewenangan jiwa manusia. Jiwa inilah yang mampu melihat dengan bantuan sistem mata, jiwalah yang mampu berfikir karena bantuan dari sistem otak.
Yang penting untuk diperhatikan adalah point berikut bahwa tidak seharusnya kita salah meletakkan alat pembantu pada tempat pelaku asli, dengan ibarat lain tidak salah mengatakan bahwa otaklah yang berfikir, tanganlah yang menulis, melainkan yang benar adalah otak merupakan alat untuk berfikir dan tangan merupakan alat untuk menulis, sedangkan pelaku aslinya adalah ruh dan jiwa.
5. Jiwa
Telah dikatakan bahwa ruh disebut juga dengan nama nafs atau jiwa. Dan jiwa akan melakukan begitu banyak perbuatan dan aktivitas dengan bantuan perangkat-perangkat yang ada di dalam tubuh.
Seseorang yang hanya memperhatikan kematerian manusia dan menganggap bahwa seluruh perbuatan, aktivitas, dan geraknya merupakan akibat dari aksi dan reaksi materi, adalah sebagaimana seseorang yang tengah menyaksikan lukisan yang sangat indah akan tetapi dia hanya memandangnya sebagai sebuah lukisan yang dihasilkan oleh kuas dan cat warna tanpa memandang peran pelukisnya sedikitpun, padahal kuas, cat warna, dan kertas hanya merupakan alat yang dimanfaatkan oleh pelukisnya, demikian juga dengan mata, telinga, jantung, otak, dan indera lainnya hanyalah merupakan alat bantu yang diletakkan dalam kewenangan jiwa.
Â
6. Dimensi Gaib
Telah dikatakan bahwa ruh dan jiwa merupakan dimensi yang dimiliki oleh manusia dalam bentuk invisibel dan tak terlihat, sebuah dimensi yang tak bisa disentuh dengan indera lahiriah. Akan tetapi dengan argumentasi, hal ini menjadi sebuah persoalan yang bisa dibuktikan dan dipahami.
Ada yang mengatakan, selama aku tidak melihat sesuatu dengan kedua mata kepalaku, aku tidak akan bisa mempercayai keberadaannya, dan karena aku menyaksikan listrik dengan kedua mataku, maka aku sepakat bahwa Edison adalah seorang ilmuwan yang besar dan jenius. Sangat jelas bahwa perkataan semacam ini sama sekali tidak benar, karena apabila dengan melihat lampu listrik serta cahayanya, seseorang baru akan mengakui kebesaran dan kejeniusan penemunya, maka setiap makhluk-makhluk materi yang mempunyai kemampuan untuk melihat, akan mengambil kesimpulan yang sama ketika menyaksikan listrik, sementara hal yang terjadi tidaklah demikian.