Mohon tunggu...
Aditya WIma Purnawan
Aditya WIma Purnawan Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa

Hamba Allah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masalah Pribadi Sosial Serta Strategi dan Teknik Bimbingan Pribadi Sosial

16 November 2019   20:10 Diperbarui: 16 November 2019   20:19 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial 

Pada bahasan awal telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling adalah suatu proses usaha yang diberikan konselor/ guru untuk memfasilitasi/ membantu konseli/ individu/ murid agar mampu mengembangkan potensi atau mengatasi masalah. Potensi atau masalah tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat area/ wilayah garapan bimbingan dan konseling, yaitu: Pribadi, sosial, akademik (belajar) dan karir. Secara berturut-turut dan mendalam keempat area tersebut akan dibahas secara medalam. Dalam paket ini, akan dibahas secara mendalam mengenai bimbingan pribadi sosial.

Bantuan dalam bimbingan adalah proses bantuan yang sifatnya memandirikan murid. Misalnya bantuan yang diberikan kepada seorang murid yang belum dapat menyeberang jalan raya. Pertama kali bentuk bantuan yang diberikan adalah dengan membantu dia menyeberang, tetapi berikutnya diberikan pengetahuan/keterampilan melihat ke kanan kiri manakala mau menyeberang, jangan lari sekaligus sampai akhirnya murid tersebut dapat menyeberang jalan raya sendiri dengan selamat.

Berkaitan dengan bimbingan pribadi sosial, pada intinya adalah membentuk pribadi yang matang dan mandiri para murid, dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Pemahaman diri (self understanding). Dalam hal ini, murid dapat memahami dirinya sendiri akan potensi yang dimiliknya serta permasalahan yang dihadapinya. Misalnya saja dapat diajukan kepada murid pertanyaan siapa saya (who am I). Tentu saja jawabannya di sekedar nama, usia, tempat tinggal, tinggi badan, berat badan, urutan kelahiran, tetapi lebih jauh jawabannya apakah saya termasuk murid yang pintar, sedang-sedang saja atau kurang (potensi intelegensi), apakah bakat saya ( bahasa, hitungan, menggambar, baca puisi, menyanyi, dll),  Bimbingan Pribadi Sosial bagaimana kepribadian saya (pemaaf, pemarah, periang, derwaman, suka menolong, egois, dan lain sebagainya).

2. Penerimaan diri (self acceptance-Qona'ah). Dalam hal ini, murid hendaknya dapat menerima diri apa adanya potensi-potensi dan anugerah dari Allah, baik itu yang sesuai dengan harapan murid tersebut ataupun tidak (perbedaan antara ideal self dengan actual self). Misalnya, seorang murid laki-laki menerima kondisi dirinya yang tidak ganteng, kulitnya hitam, rambutnya keriting, karena diberikan bimbingan pribadi sosial bahwa dalam dirinya ada kelebihan yang dimilikinya dibandingkan dengan murid-murid lainnya, misalnya dia seorang murid yang cerdas atau pandai bergaul dan lain-lain. Setelah dapat menerima dirinya, maka murid tersebut akan mampu mengarahkan dirinya (self direction) untuk akhirnya mampu untuk memperbaiki dan mengembangkan dirinya (self improvement). Pada akhirnya murid tersebut dapat menyesuaikan diri (self adjustment) baik dengan dirinya maupun dengan tuntutan lingkungan sosialnya.

Pembahasan mengenai pribadi pun, dapat dilihat tidak hanya dari self tetapi dari murid sebagai individu (person). Murid sebagai person dapat dilihat dari pendekatan teoritis yaitu apabila dilihat dari teori yang dikemukakan oleh Erikson yang menekankan pada pendekatan psikososial pada perilaku murid. Sedangkan teori Piaget dan Kohlberg, melihat perkembangan kognitif dan moral murid (dibahas mengenai masalah equilibrium/ keseimbangan, intelegensi, skema pengetahuan murid).

Murid juga dapat dilihat dari fase kritis dalam rentang kehidupan individu. Misalnya:

1. Kemapanan pada kelekatan primer (ketergantungan dan kepercayaan) dalam hubungan dua arah antara anak dengan orang tua (trust vs mistrust).

2. Membedakan diri dengan nilai-lai yang ada dalam sistem keluarga sehingga memungkinkan munculnya permasalahan kemandirian vs malu-malu dan ragu pada diri murid (autonomy vs shame and doubt), insiatif vs rasa bersalah yang sangat mendalam (intiative vs guilt).

3. Definisi pribadi (self) dalam system social sekunder atau lingkungan sekolah dan teman sebagai yang memungkinkan murid menghasil sustu kreativitas, apabila sebaliknya maka akan timbul rasa rendah diri

Murid MI/SD tidak hanya dilihat sebagai pribadi, tetapi juga sebagai makhluk sosial, artinya sekolah sebagai lingkungan sekunder bagi murid akan memungkinan terjadinya berbagai transisi antar pribadi. Melalui proses sosialisasi, murid-murid akan berada dalam satu lingkungan yang baru, baik itu dengan teman sebayanya atau guru-gurunya. Dalam lingkungan ini, akan terjadi proses saling mewarnai, saling identifikasi dan saling mempengaruhi antara murid yang satu dengan yang lainnya atau antara murid dengan gurunya.

Sebagai makhluk sosial, murid memerlukan orang lain untuk bersama-sama (sharing), untuk memberi perhatian (attention) dan untuk mendengar keluhan atau pandangan orang lain (responsivity). Selain itu, murid mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi yaitu dorongan yang mencakup kebutuhan atau dorongan untuk setia kawan, berpartisipasi dalam kelompok sebaya, mengerjakan sesuatu untuk kawan, membentuk persahabatan baru, mencari kawan sebanyak mungkin, mengerjakan pekerjaan bersama-sama, akrab dengan kawan, menulis pengalaman persahabatan, dsb.

Departemen Kesehatan (2005), mengemukakan pengertian istilah pribadi sosial, yaitu setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologis maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik terhadap individu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Chaplin (2000: 406) menyatakan bahwa pribadi sosial adalah sesuatu yang digunakan dengan menyangkut relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikologi. Drever (1998: 447) menegaskan dengan menyatakan sesuatu yang digunakan dengan menyangkut hubungan sosial, sehingga hubungan-hubungan ini ditentukan oleh lingkungan fisik.

Sejalan dengan pengertian bimbingan dan konseling yang telah dikemukan dalam BBM 1, maka Nurihsan (2002: 21) menyatakan dengan jelas bahwa " bimbingan dan konseling pribadi-sosial adalah bimbingan dan konseling untuk membantu individu (murid) dalam memecahkan persoalan pribadi-sosial". Lebih terinci dikemukakan pengertian bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah layanan bimbingan dan konseling untuk membantu murid agar menemukan dan mengembangkan pribadi yang

Pembahasan secara mendalam mengenai teoriteori perkembangan individu sudah anda dapatkan pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Bimbingan Pribadi Sosial 

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri, sehat jasmani dan rohani serta mampu mengenal dengan baik dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya secara bertanggung jawab.

Bimbingan dan konseling pribadi- sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh murid, dengan mempertimbangkan nilai (value), keterampilan pengambilan keputusan untuk penyesuaian sosial yang memadai sebagai suatu keterampilan hidup (life skills).

 

Karakteristik Pribadi-Sosial Murid MI/ SD 

Secara kronologis, murid sekolah dasar berusia enam sampai dengan tiga belas tahun. Pada masa ini, anak mulai keluar dari lingkungan pertama yaitu keluarga dan mulai memasuki lingkungan kedua yaitu sekolah. Permulaan masa anak-anak ditandai dengan masuknya mereka ke kelas 1 (satu) MI/SD.

Ada tiga ciri utama pada masa ini yang menunjukkah perbedaan dengan masa sebelumnya (Hurlock, 1980: 149-199):

a. Dorongan anak untuk masuk ke dalam dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan otot-otot.

b. Dorongan anak untuk keluar dari lingkungan rumah dan masuk ke dalam kelompok teman sebaya (peer group).

c. Dorongan mental untuk mematuhi dunia konsep-konsep logika, simbol dan komunikasi secara dewasa.

Pada masa ini, penguasaan tugas-tugas perkembangan tidak lagi sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua seperti masa sebelum sekolah. Akan tetapi, menjadi tanggung jawab guru-guru dan sebagian kecil menjadi tanggung jawab teman-teman sebayanya.

Berikut dikemukakan beberapa aspek psiko-fisik anak usia MI/SD:

a. Keadaan fisik dan keterampilan. 

Setelah anak berusia enam tahun, pertumbuhan fisik menjadi agak lambat tetapi keseimbangan relatif berkembang baik. Anak dapat mejaga  keseimbangan badannya, sehingga anak senang berjalan di atas benteng atau pagar.

1) Keterampilan menolong diri sendiri, seperti: makan, berpakaian, mandi, dan berdandan sendiri secepat orang dewasa.

2) Keterampilan menolong orang lain, seperti di rumah anak membantu merapihkan tempat tidur atau membersihkan lantai, di sekolah anak membersihkan papan tulis, dan pada kelompok sebaya anak sudah membantu temannya yang jatuh.

3) Keterampilan sekolah, seperti di sekolah anak mengembangkan beberapa keterampilan yang diperlukan untuk menulis, menggambar, membentuk, mewarnai, menjahit, memasak, dan pekerjaan tangan yang menggunakan berbagai alat.

4) Keterampilan bermain. Pada kategori ini, dapat diamati anak yang lebih besar sudah mulai belajar keterampilan melempar dan menangkap bola, naik sepeda, sepatu roda bahkan berenang.

Lebih jauh Hurlock (1980: 149) mengemukakan bahwa status sosial ekonomi keluarga sangat mempengaruhi jumlah dan jenis keterampilan yang dipelajari anak-anak. Anak yang berasal dari keluarga dengan stuatus sosial ekonomi atas, pada umumnya mempunyai keterampilan yang lebih sedikit daripada anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah. Jenis keterampilan yang dipelajari anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah cenderung berpusat pada keterampilan menolong diri sendiri dan orang lain, tetapi anak yang berasal dari dari keluarga dengan status sosial ekonomi atas cenderung terpusat pada keterampilan bermain.

Memperhatikan adanya perbedaan penguasaan keterampilan yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi keluarga, maka tugas sekolah adalah tidak hanya memberikan sejumlah keterampilan yang sama bagi anak. Pada saat memberikan permainan hendaknya diidentifikasi terlebih dahulu jenis dan jumlah penguasaan keterampilan anak pada saat mau memasuki lembaga sekolah. Bila hal ini dilakukan, usaha untuk

Penguasaan badan seperti jongkok, melakukan latihan-latihan senam, serta berbagai aktivitas olah raga berkembang pada masa anak-anak sekolah. Pada masa ini berkembang pula koordinasi mata-tangan yang diperlukan untuk membidik, menendang, melempar dan menangkap. Hurlock (l980: 4) mengemukakan empat kategori keterampilan yang dimiliki anak-anak pada usia MI/SD ini, yaitu:

mendorong kemampuan sosial pada diri anak yang dilakukan oleh sekolah, relatif lebih mudah pencapaiannya.

b. Kemampuan bahasa. 

Memasuki usia sekolah, kemampuan berbahasa anak merupakan salah satu sarana dalam memperluas lingkungan sosial anak. Dengan meluasnya cakrawala sosial anak, anak akan menemukan bahasa atau berbicara merupakan sarana penting untuk memperoleh tempat atau kelompok. Lebih dari pada itu, anak juga mengetahui bahwa komunikasi adalah kemampuan diri untuk mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain, tidak saja menyulitkan berkomunikasi dengan orang lain tetapi lebih pada anak cenderung mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang dibicarakan teman-temannya, sehingga ia tidak diterima oleh teman-temannya.

Pada masa usia sekolah ini sudah menggunakan kosa kata rahasia dalam berkomunikasi dengan sahabatnya. Kata rahasia dapat berbentuk tulisan, terdiri dari kode-kode yang berbentuk lambang atau pengganti huruf; lisan, terdiri dari kata-kata yang dirusak; atau kinetik, terdiri dari isyarat dan penggunaan jari-jari untuk mengkomunikasikan kata-kata. Penggunaan kosa kata rahasia dimulai pada saat anak memasuki kelas 3 (tiga) dan penggunaan kosa kata ini mencapai puncaknya beberapa saat sebelum masa puber.

c. Keadaan emosi 

Pada masa ini, anak sudah memiliki dorongan untuk mengendalikan emosinya. Ketika berinteraksi dengan kelompok sebaya anak memahami bahwa ledakan emosi yang kurang baik, tidak dapat diterima oleh teman-temannya. Pada umumnya keadaan emosi anak cenderung lebih tenang sampai datangnya masa puber. Ketenangan emosinya itu disebabkan oleh beberapa hal yaitu: pertama, peranan yang harus dilakukan anak yang lebih besar sudah terumuskan dengan jelas, dan anak sudah mengetahui bagaimana melaksanakannya. Kedua, permainan dan olah raga merupakan bentuk penyaluran emosi yang tertahan. Ketiga, meningkatkan keterampilan anak yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai macam tugas.

d. Sikap dan perilaku moral. 

Pada saat anak menyadari dirinya sebagai bagian dari suatu kelompok, maka saat itu pula anak mulai menyadari aturan-aturan perilaku yang boleh, harus, atau dilarang dilakukan dirinya dalam kelompok. Hal ini dikarenakan pada masa ini anak mulai memperhitungkan situasi khusus mengenai pelanggaran moral yang benar dan salah. Dalam hal ini Piaget (Hurlock, 1980: 163) lebih jauh mengemukakan bahwa pada masa ini anak mulai menggantikan moral yang kaku menjadi relativisme. Misalnya, bagi anak yang berusia lima tahun berbohong selalu buruk, sedangkan bagi anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan, karena itu berbohong tidak selalu buruk. Dengan demikian, apabila kelompok sosial menerima peraturan-peraturan yang sesuai bagi anggota kelompok, dirinya harus menyesuaikan dengan peraturan agar terhindar dari penolakan dan celaan kelompok.

Memperhatikan kode moral yang dimiliki individu menunjukkan pada pengaruh standar moral kelompok di mana individu mengidentifikasikan dirinya sangat besar. Hal ini menuntut sekolah untuk memberikan perhatian yang lebih besar. Pendidikan mengenai benar dan salah seyogyanya menekankan alasan mengapa perilaku tertentu diterima dan mengapa pola perilaku lainnya tidak diterima. Lebih jauh lagi, penekanan benar dan salah adalah untuk membantu anak memperluas konsep yang lebih luas, dan lebih abstrak. Ini berarti bahwa pihak guru dan orang tua harus memperlakukan secara konsisten, sehingga setiap yang benar hari ini, besok juga dan lusapun masih tetap benar. Perbuatan yang salah harus mendapatkan hukuman yang sama apabila perbuatan itu setiap kali diulang dan perbuatan yang benar harus mendapat ganjaran yang sama.

 

Tujuan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial 

Pada BBM 1, telah dikemukakan mengenai tujuan bimbingan dan konseling secara umum. Bahasan kita secara mendalam dalam BBM ini adalah tentang bimbingan dan konseling pribadi-sosial, berikut dikemukakan tujuan BK pribadi-sosial agar peserta didik (murid) dapat:

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.

e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

f. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.

g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

h. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain. .

k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun