Mohon tunggu...
Aditya Pratama
Aditya Pratama Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pemerhati sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perbanditan di sekitar Perhajian, abad XI-XII

11 September 2023   01:30 Diperbarui: 2 Desember 2023   16:53 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya, mereka memperlakukan para jemaah haji dengan cara yang lebih buruk dibandingkan saat memperlakukan para dhimmi (orang Yahudi, Kristen, dan Sabian pembayar jizyah) lantaran mereka kerap kali merebut perbekalan jemaah haji, merampoknya, dan menggunakan segala muslihat untuk membuat para jemaah menyerahkan harta bendanya.

Seakan mengamini pengalaman Ibnu Khusraw seabad sebelumnya, Ibnu Jubayr juga membentangkan bahwa para syarif itu gandrung menarik pajak dari jemaah haji. Mujurnya, di masa kekuasaannya Salahuddin al-Ayyubi menghapuskan pajak untuk jemaah haji, dan sebagai gantinya dia mengirimkan jatah uang dan perbekalan untuk Amir Mekkah, bosnya para syarif di Jeddah.

Tetapi, ironisnya, jika kelak jatah yang dan perbekalan itu terlambat diterimanya maka sang amir dan bawahannya pun akan kembali mencekal jemaah haji. Bahkan, saat berhaji pada seputaran Juli hingga Agustus 1183,Ibnu Jubayr dan rombongannya pernah dicekal oleh mereka atas perintah Amir Mekkah Mukhtir bin Isa sampai akhirnya dibebaskan setelah Salahuddin al-Ayyubi mengirimkan 2.000 dinar dan 2.002 irdabb (sekitar 146 ton) gandum untuk sang amir.

Menurut Ibnu Jubayr, sepak terjang para syarif di Jeddah dan Amir Mekkah--yang tak ragu-ragu merampas harta dan menumpahkan darah jemaah haji--itulah yang membuat perhajian menjadi semakin berbahaya dan rawan penindasan. Bahkan, katanya, para ahli fikih al-Andalus di zamannya berpendapat bahwa ibadah haji tidak diwajibkan bagi Muslim.

Saking jengkelnya, Ibnu Jubayr sampai menyatakan bahwa Hejaz perlu dimurnikan menggunakan pedang, agar dosa dan kenajisan yang bertakhta di tengah penguasanya bisa dicuci bersih dengan darah, sebab sepak terjang mereka sebetulnya justru mengendurkan ukhuwah Islamiyah (2020:91-93).

Dari bentangan menyedihkan di atas, terang-benderanglah bahwa sukacita tak selalu mengiringi perhajian ke Mekkah, dan ada kalanya pelaksanaan salah satu rukun Islam itu justru berdarah-darah. Barangkali, itulah mengapa haji disebut sebagai rukun Islam terakhir, bahkan sebagian ulama menafsirkan bahwa haji hanyalah bagi yang mampu. Semogalah Allah yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal kepada jemaah haji atas usahanya dalam memenuhi panggilan-Nya. Wallahua'alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun