Mohon tunggu...
Aditya Prahara
Aditya Prahara Mohon Tunggu... Jurnalis -

Suka olahraga. http://adityaprahara.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Panas Matahari

26 Januari 2015   19:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:20 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422250423505665537

Aku memandang ibu yang diam sedari tadi dan hanya menyuapi makanan ke dalam mulut. Aku kembali makan. Semuanya diam. Ayah seperti menunggu balasan dariku. “Aku tak tertarik pada perempuan.”

Ayah dan ibu berhenti makan dan memandangiku. Aku melihat ibu melotot. Ayah yang raut wajahnya datar-datar saja dari tadi, kini mengangkat tangan seperti hendak memukulku.

“Aku juga tak tertarik pada laki-laki.”

Mata ibu kembali. Tangan ayah turun. Mereka kembali makan.

Kuhabiskan makananku. Kubikin piringku bersih kembali. Aku mengambil segelas air dan selesainya segera bersendawa. Aku mengeluarkan rokok dan segera menyulutnya.

Ayah menaruh sendoknya. Makanan masih ada di piring.

“Tak bisa kau matikan racunmu itu?” Tanya ayah. Ibu diam. Aku juga diam. “Aku berbicara padamu, Surya!”

“Iya.”

“Anak sialan!” ayah beranjak dan meraih kerahku. “Sekolah tak benar malah berani merokok di rumah ini. Mau jadi apa kau?”

Aku diam.

“Apa kau tahu perasaan ibu ketika melihat kau merokok?” Ayah masih mencengkram kerah bajuku. Ayah melotot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun