Mohon tunggu...
Aditya Hardi
Aditya Hardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Berisi segala macama bentuk informasi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan update info terkini yang anda butuhkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kasus Kekerasan Seksual Sexting Menggunakan Teori Gender

17 Desember 2022   18:10 Diperbarui: 17 Desember 2022   18:16 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemiskinan

 Kemiskinan meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap eksploitasi seksual ditempat kerja, sekolah, dalam prostitusi, perdagangan seks, dan perdagangan narkoba. Orang dengan status sosio ekonomi rendah memiliki resiko kekerasan yang lebih tinggi. Individu yang kekurangan sumberdaya ekonomi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, khususnya perempuan, mungkin harus menggunakan barter untuk barang penting dengan seks.

Perang

 Pemerkosaan dan penyiksaan pria, perempuan, dan anak anak sebagai taktik militer telah banyak didokumentasikan. Pemerkosaan digunakan sebagai senjata dalam perang dan konflik. Pemerkosaan sering digunakan untuk meneror dan melemahkan masyarakat.  Pengungsi yang melarikan diri dari konflik dan penganiayaan  memiliki resiko ekstrem untuk mendapatkan kekerasan seksual ditempat baru mereka, termasuk kamp kamp pengungsian. Perang sering menghabiskan sumber daya ekonomi dan sosial dan mendorong perempuan terlibat dalam pelacuran.[6]

 Dampak Kekerasan Seksual bagi Korban

 Kekerasan seksual berdampak terhadap fisik, psikologis, dan sosial korban. Secara fisik, kekerasan seksual menyebabkan luka ringan hingga luka berat, cacat permanen, bahkan kematian Di sisi lainnya, kejahatan ini juga mengganggu ketenangan jiwa korban, menimbulkan trauma, depresi, hingga munculnya gejala atau keinginan untuk bunuh diri. Korban kekerasan seksual juga mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungannya, terlebih jika lingkungan tersebut memberikan stigma terhadap korban. Di samping mengalami penderitaan fisik dan psikis, korban kekerasan seksual juga masih harus menghadapi stereortip yang diberikan masyarakat terhadapnya. Korban seringkali dianggap menjadi penyebab dilakukannya kekerasan seksual karena berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat, tidak melawan, atau karena korban sendiri yang mengundang kejahatan melalui gaya berpakaian atau perilakunya.Kekerasan seksual merupakan satu-satunya kejahatan dimana korbannya lebih mendapatkan stigma daripada pelaku.[7]

Analisis Berdasarkan Teori Gender

 Sebelum masuk kepada analisis, kita perlu mengetahui apa arti teori gender dan bahasan apa saja yang dibahas dalam teori ini, teori gender Teori gender adalah teori yang menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan bagaimana perbedaan tersebut ditentukan oleh persepsi sosial dan budaya. Teori gender juga mencakup bagaimana persepsi sosial terhadap gender dapat mempengaruhi perilaku, identitas dan pengalaman seseorang dengan gender. Teori gender dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas bagaimana pembagian gender di dunia ditentukan oleh budaya dan cara orang mempersepsikan dan memahami gender.  Teori ini juga erat kaitannya dengan feminism karena adanya hubungan antara teori gender dan feminisme adalah bahwa feminisme adalah gerakan untuk mencapai kesetaraan gender. Gerakan ini berfokus pada menghilangkan diskriminasi berdasarkan gender dan menegakkan hak-hak istimewa khusus bagi perempuan. Teori gender berfokus pada studi tentang bagaimana gender dikonstruksi dan berperan dalam menentukan bagaimana individu dan masyarakat berinteraksi. Teori gender juga menekankan pentingnya memahami bagaimana gender dipahami dan dikonstruksi oleh masyarakat, dan bagaimana ini mempengaruhi hak-hak perempuan. Seringnya terjadi kekerasan seksual termasuk dalam contoh kasus yang dilakukan oknum berinisal DA yang merupakan Dosen di Universitas Negeri Jakarta tersebut itu dikarenakan ketimpangan gender antara laki laki dan perempuan . secara spesifik, perempuan memperoleh lebih sedikit  sumber daya materi, status sosial, kekuasaan[8] seperti yang sudah dijelaskan juga pada bagian kenapa terjadi kekerasan seksual salah satunya karena relasi kuasa gender yang dalam hal ini dosen (laki laki) lebih memiliki kuasa dibandingkan mahasiswinya. Selain itu juga korban merasa tidak memiliki kekuatan bilapun dia melapor kepada pihak yang berwajib karena  merasa lebih inferior ketimbang dosen tersebut.

 Upaya yang dilakukan lembaga pendidik

 Dalam kasus yang telah dibahas dalam latar belakang, ada beberapa hal yang dilakukan oleh lembaga pendidik diantaranya membuat tim yang menangani kekerasan seksual yang berada dikampus. Selain membentuk lembaga seperti itu lembaga pendidikan juga menanamkan nilai dan norma tentang bahayanya  kekerasan seksual dan pentingnya pendidikan seksual untuk membentuk perilaku seksual yang positif.

 Upaya yang dilakukan Pemerintah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun