“Ei sa, kau mau melakukan sesuatu untukku?” Aku bertanya.
“Apa?”
Aku menggosok-gosokkan tangan sejenak. “Jika kau memang bertemu dengan-Nya nanti, tolong sampaikan salamku pada-Nya, plus permintaan maaf dan terima kasih.”
Asa terlihat sedikit bingung. “Permintaan aneh.” Namun kemudian ia tersenyum. “tapi tentu, kuusahakan”
Aku jadi merasa bahwa orang yang paling bahagia adalah orang yang mau mati. Siapa yang tidak bahagia akan bertemu dengan Sesuatu yang membuat manusia gelisah selama ribuan tahun, siapapun nama-Nya, apapun bentuk-Nya. Puas, bahagia. Tapi heran, malah banyak orang takut akan kematian. Ya biasalah, manusia.
***
“Tidakkah kau merasa seperti itu Zen?”
“Eh, apa?” Anak itu menoleh sejenak. Ia tengah membeli lumpia basah dari pedagang kaki lima di pinggir jalan. Entah sudah berapa kali ia jajan sejak siang hari.
“Hey, sudah berapa kali kau makan cemilan hari ini? Dasar perut gak pernah bisa penuh.”
“Ayolah fin, ceritamu selalu membuatku lapar.” Ia menyeringai lebar. “Kau bertanya apa tadi?”
“Apa kau takut mati?”