Total Football adalah gaya permainan tim negeri Oranye yang pernah menghipnotis penggemar bola di dunia. di tahun 1970-an. Permainan tim Oranye sangat atraktif dan mengundang decak kagum.
Perhelatan piala dunia tahun 1974 dan 1978 menjadi buktinya. Dua kali tim oranye mencapai Piala Dunia, meski di dua partai final mereka harus mengakui keunggulan Tim Argentina dan Jerman. Dengan sosok sentral di jantung permainan atau sebagai jenderal lapangan adalah Johan Cruyff.
Kehebatan Kebijakan Presiden Jokowi
Munculnya uforia pencinta bola terhadap permainan total Football tim oranye ini mirip dengan uforia masa ketika Joko Widodo menjelang dan selama menjadi presiden Republik Indonesia.Â
Masa begitu terhipnotis dengan apa yang dilakukan Jokowi. Jokowi sosok yang berbeda dengan tokoh tokoh yang sudah ada sebelumnya, yang bergaya elitis dan berjarak dengan rakyatnya.Â
Jokowi adalah sosok presiden yang mencerminkan gaya yang selama ini diharapkan rakyat. Presiden yang dekat dan merakyat. Tak ada jarak. Bahkan sampai ada istilah Jokowi adalah kita. Dan Kita adalah Jokowi.
Hebat Menghibur Tetapi Tanpa Gelar Juara
Dengan kehebatan gaya permainan total football, tentu negeri Kincir Angin berharap akan meraih gelar juara dunia sebagai simbol penguasa tertinggi persepakbolaan dunia sejagad.Â
Namun ternyata uforia supporter negeri Belanda , belum mampu mencapai tujuan akhir dari sebuah kompetisi persepakbolaan dunia dengan menabiskan diri menjadi juara dunia.Â
Tim Belanda begitu hebat dari babak penyisihan hingga partai semifinal, namun di partai final mereka harus menelan kekecewaan. Dua kali ke partai final, dua kali gagal menjadi juara Dunia.Â
Ini tentu saja membuat rakyat negeri Belanda merasa kecewa. Harapan menjadi kampiun sejajar dengan Inggris, Jerman dan Italia tidak tercapai.
Hal yang sama juga terjadi dengan pemerintahan presiden Joko Widodo. Rakyat begitu gembira dengan program dan kebijakan Presiden Jokowi yang berani mengambil kebijakan yang berbeda dengan presiden sebelumnya. Yang tujuan awalnya tentu untuk mensejahterakan rakyat.Â
Namun ternyata usaha usaha itu belum membuahkan hasil. Program dan kebijakan sudah bagus, namun ternyata tujuan akhir dari bernegara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 belum terwujud.Â
Program dan kebijakan hanya bagus secara perhitungan makro tetapi secara mikro belum maksimal.Â
Bagus secara kuantitas tetapi kualitasnya masih kurang. Program dan kebijakan itu belum menghadirkan keadilan dan kesejahteraan untuk seluruh rakyat. Namun hanya sebagian rakyat alias kelompok tertentu saja yang menikmati.
Banyak Mencetak Gol Sekaligus Banyak Kebobolan
Setiap program yang diluncurkan Presiden Jokowi itu atraktif menarik. Banyak terobosan. Menumbuhkan harapan baru untuk keadaan negara yang lebih baik. Terlebih bagi para pemujanya dan relawan yang meyakini akan kemampuan dan kehebatan Jokowi.
Setiap program itu ibarat serangan tim total football Belanda yang dikomandani oleh Johan Cruyff . Setiap serangan hampir dipastikan gol tercipta. Minimal membahayakan gawang lawan. Dan membuat penonton di tribun bersorak riuh rendah .
Ada proram pembangunan infrastruktur yang sangat masif. Ada program hilirisasi yang gencar di banyak sektor pertambangan. Dan program kemandirian pangan. Dan Program pemberantasan korupsi kolusi dan Nepotisme . Program penegakkan hukum. Serta program menarik lainnya.
Sebagaimana serangan total football tim Belanda yang menghasilkan gol ke gawang lawan dan membuat penonton bersorak, program presiden Jokowi juga menampakan hasilnya fisiknya.Â
Infrastruktur jalan tol terbangun megah membelah pulau pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Perusahaan untuk program hilirisasi pertambangan berdiri di Sulaweasi, Maluku, Papua dan pulau-pulau lainya.
Program dan kebijakan presiden Jokowi membuat senang para pihak yang mendukung dan pelaksana program atau kebijakan itu.Â
Mereka bersorak dan mengelu-elukan. Setiap program yang diluncurkan seolah menjadi alasan untuk memuja dan membanggakan prestasi. Ibarat gol yang tercipta di setiap serangan tim Oranye.
Permulaan Kejuaraan Hebat Antiklimak Di akhir
Dalam sebuah pertandingan , sepak bola tidak cukup hanya dengan menyerang dan mencetak gol ke gawang lawan. Membuat penonton bersorak dan berteriak histeris penuh kegembiraan setiap gol yang tercipta.Â
Ada yang diharapkan lebih dari itu, Pertandingan sepakbola adalah juga tentang cara bertahan yang baik. Pertahanan yang tangguh untuk menahan serangan balik dari pihak lawan.Â
Tidak ada nilainya mencetak gol banyak ketika lawan juga menctak gol ke gawang sendiri lebih banyak. Bahkan ketika lawan mencetak gol dengan jumlah yang sama, maka serangan itu menjadi tidak bernilai. Karena membuat kedudukan seri alias tidak ada perubahan dengan kondisi sebelumnya.
Dan itulah yang terjadi, setiap program untuk mencetak gol berhasil dibuat, disaat yang sama gawang kita kebobolan. Kebijakan infastruktur bagus, namun nilai kemanfaatan rendah buat rakyat.Â
Progran hilirisasi petambangan bagus namun juga menghadirkan kerusakan alam yang laur biasa dan tidak dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Kebobolan pertahanan sisitem bernegara paling parah adalah meruyaknya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme di banyak sektor kebijakan tersebut. Padahal anti korupsi, kolusi dan nepotisme adalah pertahan terakhir suatu bangsa untuk menjadi bangsa unggul dibanding bangsa lain.
Memang kita tidak sampai kalah, namun ketika bangsa bangsa lain berhasil dalam programnya dan mencetak keunggulan dan tidak kebobolan, maka kita menjadi negara tertinggal.Â
Banyak negara yang ketika merdeka hampir bersamaan dengan kemerdekaan bangsa kita , kini berada di depan kita. Karena mereka berhasil dalam programnya dalam mencetak keunggulan dan memiliki sistem pertahanan yang kokoh dari ancaman kerusakan sistem dan kebijakan pemerintahnnya.Â
Sistem pertahanan berupa nilai-nilai bernegara tidak dirusak atau sengaja dilemahkan. Korea, China, dan Singapura bisa diambil sebagai contoh.
Bukan Hasil Manajemen Hebat Tapi Karena Bakat Hebat
Tanpa mengecilkan program atau kebijakan yang dilakukan presiden Jokowi, harus diakui prestasi prestasi program pembangunan Presiden Jokowi, disupport oleh kekayaan alam indonesia.Â
Tanpa didukung sumber daya alam yang kaya, maka Indonesia berpeluang besar jatuh dalam kondisi krisis seperti dialami beberapa negara lain.Â
Adalah fakta berkali kali kekayaan alam dan sumber daya alam Indonesia yang melimpah berperan besar dalam menyelamatkan pendapatan negara ketika program pemerintah tidak cukup berhasil mengatasi masalah ketika krisis global mendera.Â
Kelapa sawit, batu bara, nikel, dan tambang tambang lain bergiliran menyumbang pendapatan negara dan menjadi penyelamat ketika program dan kebijakan pemerintah tidak berjalan maksimal karena kondisi global yang lagi krisis.
Ini seperti yang terjadi dalam tim sepakbola Belanda , keberhasilan Belanda dua kali ke partai puncak piala dunia, selain didukung oleh progam pelatihan yang bagus juga ada peran penting dan mungkin lebih besar peran dari bakat-bakat besar pemain utama Belanda.Â
Seperti Johan Cruyff, Rood Kroll Johann Neeskens dan lain lain. Tanpa pemain dengan bakat bakat hebat itu , tentu menjadi hal yang tidak sulit mencapai dua kali partai final piala Dunia berturut -turut.
Penonton Puas Namun Warga Kecewa
Serangan yang bagus dan mencetak gol indah membuat penonton bersorak penuh kegembiraan. Sebagaimana halnya program yang diluncurkan presiden Jokowi yang menambah pendapatan negara juga banyak mendapat reaksi yang menggembirakan.Â
Banyak orang merasa puas. Maka ketika ditanyakan tingkat kepuasan sangat tinggi bahkan menjadi yang tertinggi dari presiden-presiden sebelumnya. Khususnya orang orang yang mendapat keuntungan dari program program pemerintah itu.
Tim oranye yang menjadi primadona dalam dua gelaran piala dunia, tentu sangat menghibur semua penggemar bola.Â
Namun ternyata suporter Tim Oranye tidak cukup hanya diberikan permainan cantik dan tampil di final, merek membutuhkan kemenangan.Â
Mereka membutuhkan gelar juara. Karena gelar itulah yang akan membuat kebahagiaan dari perjuangan panjang sebuah perjuangan.
Suara Komentator yang Dianggap Angin lalu
Dalam pertandingan pertandingan yang dimainkan dalam tim Belanda, banyak komentator yang memberikan masukan masukan untuk melakukan beberapa perbaikan.Â
Tentu agar permaina tim oranye lebih bagus dalam menyerang serta kuat dalam bertahan. Namun tetap pelatih yang menjadi kunci dari mau menerima masukan atau sudah merasa cukup dengan apa yang dimainkan anak buahnya sesuai instruksinya.
Sama halnya dengan kebijakan-kebijakan presiden Jokowi banyak para ahli dalam bidangnya yang memberikan masukan masukan dengan tujuan agar program atau kebijakan presiden lebih sesuai dengan kebutuhan rakyat.Â
Tidak sekedar mengejar proyek mercusuar untuk para taipan, relawan yang telah memberikan bantuannya ketika pilpres.
Namun komentator atau masukan obyektif para ahli pun dianggap angin lalu , karena apa yang dibujukan orang orang di sekitarnya lebih keras terdengar dan lebih mendominasi.Â
Akhirnya suara para komentator yang sebenarnya untuk kepentingan yang lebih besar dan untuk seluruh rakyat dianggap sebagai suara yang menentang dan tidak ingin pemerintah berhasil.
Yang lebih parah lagi ketika presiden Jokowi dan orang orang kepercayaannya menganggap bahwa apa yang telah dilakukan sebagai kebijakan terbaik dan harus dilanjutkan. Yang tidak mendukung atau melanjutkan sebagai pengganggu dan ingin negara mundur lagi ke belakang.
Kekecewaan yang Bertumpuk Menjadi Jerami yang Siap Membakar
Kenyamanan dan sanjungan dari orang di sekeliling dapat melupakan sesorang dari nilai-nilai kebenaran dan objektivitas. Dan suara suara yang terus memberikan approval rating yang tinggi dapat membuat presiden menjadi tak tersentuh kesalahan.Â
Apa yang dilakukan selalu benar. Dan tidak terasa ternyata diri sudah jauh tersesat dan melenceng dari janji kemerdekaan. Arah yang dituju bukan lagi untuk kepentingan seluruh rakyat namun sudah mengarah memberikan kepuasan untuk orang orang di sekelilingnya.
Tidak menyadari bahwa negara tidak bergeser ,menjadi lebih baik . Alias hanya jalan di tempat. Sementara orang orang di sekitarnya menggemakan telah tercapai prestasi yang luar biasa.Â
Negara telah menjadi juara di antara negara negara yang selefel saat dulu menyatakan kemerdekaannya.
Tujuan menjadi juara yang dituju yang tidak jua tercapai menjadikan rakyat tidak sabar lagi. Dan mulai muncul rasa tidak puas.Â
Sebagaimana perjalanan tim Belanda yang berjuang di piala dunia dan hanya berhasil dua kali menjadi runer up, tentu membuat warga Belanda tidak bahagia.
Rakyat Indonesia yang lama dininabobokan dengan keasyikan menyerang dan atraktif namun tidak menghasilkan juara , membuat rakyat tidak bahagia. Dan bentuk ketidakbahagiaan itu adalah keinginan untuk berubah.Â
Berubah dari kondisi sekarang. Berubah dari membangun sistem yang hanya menghasilkan serangan yang indah namun tidak menghasilkan juara.Â
Karena serangan yang indah hanya membuat gembira namun juaralah yang membuat rakyat bahagia. Dan rakyat tidak bisa lagi dihibur, dengan kalimat, kita kalah dengan indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H