Ini tentu saja membuat rakyat negeri Belanda merasa kecewa. Harapan menjadi kampiun sejajar dengan Inggris, Jerman dan Italia tidak tercapai.
Hal yang sama juga terjadi dengan pemerintahan presiden Joko Widodo. Rakyat begitu gembira dengan program dan kebijakan Presiden Jokowi yang berani mengambil kebijakan yang berbeda dengan presiden sebelumnya. Yang tujuan awalnya tentu untuk mensejahterakan rakyat.Â
Namun ternyata usaha usaha itu belum membuahkan hasil. Program dan kebijakan sudah bagus, namun ternyata tujuan akhir dari bernegara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 belum terwujud.Â
Program dan kebijakan hanya bagus secara perhitungan makro tetapi secara mikro belum maksimal.Â
Bagus secara kuantitas tetapi kualitasnya masih kurang. Program dan kebijakan itu belum menghadirkan keadilan dan kesejahteraan untuk seluruh rakyat. Namun hanya sebagian rakyat alias kelompok tertentu saja yang menikmati.
Banyak Mencetak Gol Sekaligus Banyak Kebobolan
Setiap program yang diluncurkan Presiden Jokowi itu atraktif menarik. Banyak terobosan. Menumbuhkan harapan baru untuk keadaan negara yang lebih baik. Terlebih bagi para pemujanya dan relawan yang meyakini akan kemampuan dan kehebatan Jokowi.
Setiap program itu ibarat serangan tim total football Belanda yang dikomandani oleh Johan Cruyff . Setiap serangan hampir dipastikan gol tercipta. Minimal membahayakan gawang lawan. Dan membuat penonton di tribun bersorak riuh rendah .
Ada proram pembangunan infrastruktur yang sangat masif. Ada program hilirisasi yang gencar di banyak sektor pertambangan. Dan program kemandirian pangan. Dan Program pemberantasan korupsi kolusi dan Nepotisme . Program penegakkan hukum. Serta program menarik lainnya.
Sebagaimana serangan total football tim Belanda yang menghasilkan gol ke gawang lawan dan membuat penonton bersorak, program presiden Jokowi juga menampakan hasilnya fisiknya.Â
Infrastruktur jalan tol terbangun megah membelah pulau pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Perusahaan untuk program hilirisasi pertambangan berdiri di Sulaweasi, Maluku, Papua dan pulau-pulau lainya.