Kekecewaan yang Bertumpuk Menjadi Jerami yang Siap Membakar
Kenyamanan dan sanjungan dari orang di sekeliling dapat melupakan sesorang dari nilai-nilai kebenaran dan objektivitas. Dan suara suara yang terus memberikan approval rating yang tinggi dapat membuat presiden menjadi tak tersentuh kesalahan.Â
Apa yang dilakukan selalu benar. Dan tidak terasa ternyata diri sudah jauh tersesat dan melenceng dari janji kemerdekaan. Arah yang dituju bukan lagi untuk kepentingan seluruh rakyat namun sudah mengarah memberikan kepuasan untuk orang orang di sekelilingnya.
Tidak menyadari bahwa negara tidak bergeser ,menjadi lebih baik . Alias hanya jalan di tempat. Sementara orang orang di sekitarnya menggemakan telah tercapai prestasi yang luar biasa.Â
Negara telah menjadi juara di antara negara negara yang selefel saat dulu menyatakan kemerdekaannya.
Tujuan menjadi juara yang dituju yang tidak jua tercapai menjadikan rakyat tidak sabar lagi. Dan mulai muncul rasa tidak puas.Â
Sebagaimana perjalanan tim Belanda yang berjuang di piala dunia dan hanya berhasil dua kali menjadi runer up, tentu membuat warga Belanda tidak bahagia.
Rakyat Indonesia yang lama dininabobokan dengan keasyikan menyerang dan atraktif namun tidak menghasilkan juara , membuat rakyat tidak bahagia. Dan bentuk ketidakbahagiaan itu adalah keinginan untuk berubah.Â
Berubah dari kondisi sekarang. Berubah dari membangun sistem yang hanya menghasilkan serangan yang indah namun tidak menghasilkan juara.Â
Karena serangan yang indah hanya membuat gembira namun juaralah yang membuat rakyat bahagia. Dan rakyat tidak bisa lagi dihibur, dengan kalimat, kita kalah dengan indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H