Mohon tunggu...
AdiSanjaya
AdiSanjaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Adi Sanjaya

Mahasiswa Jurusan Diploma Tiga Farmasi STIKes Darul Azhar Batulicin.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruangan Tua di Dekat Kampus

21 Oktober 2021   17:56 Diperbarui: 21 Oktober 2021   18:03 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu waktu, awal masuk tahun ajaran perkuliahan, ada seorang gadis tomboy dan periang yang bernama Sara. Ia adalah mahasiswi jurusan farmasi yang berasal dari luar Kalimantan, ia bertemu dengan Devi, gadis cantik, kaya dan sedikit penakut. Mereka berkenalan dan akhirnya menjadi akrab, mereka sering berbagi cerita antara satu sama lain.

Sara adalah gadis yang memiliki kelebihan dari orang-orang lain, ia merupakan anak indigo, kemampuannya ini baru ia sadari sejak lulus sekolah dasar, akan tetapi banyak orang yang masih belum mengetahui kemampuan tersebut terkecuali keluarganya, karena ia tidak ingin kemampuannya tersebut diketahui oleh orang-orang yang berada disekitarnya, maupun teman dekatnya Devi.

Mereka berdua sama-sama mengikuti organisasi kampus, ya sama seperti di kampus-kampus lain, kebanyakan mahasiswa yang aktif berorganisasi biasanya pulang lebih sore bahkan sampai menjelang magrib. Ada suatu seketika dimana ada kegiatan rapat bulanan yang selesainya pada saat itu hari sudah mulai larut malam, Devi kebelet buang air dan meminta Sara untuk menemaninya ke toilet kampus.

"Aduhh... udah ga tahan nih ra pengen pipis, temenin aku dulu ya ke toilet belakang" pinta Devi dengan wajah menahan.

"Makanya kalau cuaca dingin itu jangan kebanyakan minum es" ucap Sara sambil menggelengkan kepala.

"Ihh Sara nanti aja ngomelnya, udah dipucuk ni, mana sudah mau malam juga" sambil menarik tangan Sara.

Dan mereka pun akhirnya pergi ke toilet belakang yang berada di dekat ruangan tua disana, seketika Sara terdiam memandangi ruangan tua tersebut, Devi yang sudah tak tahan buang air langsung masuk ke dalam toilet.

"Tunggu bentar ya ra" ucap Devi yang langsung masuk ke toilet. Pada saat itu dari awal Devi masuk sampai Devi keluar toilet, Sara masih saja diam memandangi ruangan tua yang berada di dekat toilet tersebut. Devi yang bingung dan sedikit takut melihat Sara yang hanya terdiam dari tadi, lalu menanyakan kepada Sara.

"Sara... ngapain sih dari tadi diem aja, aku udah nih pipisnya" ucap Devi dengan wajah bingung, Akan tetapi Sara masih saja diam dan tidak merespon Devi, Akhirnya ditepuklah pundak Sara sampai ia pun tersadar kalau Devi sudah selesai.

"Astagfirullah... Devi bikin kaget aja..." ucap Sara terkejut.

"Kamu kenapa sih? Serius banget dari tadi, diajak ngomong juga kaya ga denger, ada apa?" Tanya Devi.

"Ahh gapapa kok, udah selesaikan pipisnya, jadi ayok kita pulang!"mengalihkan pembicaraan.

"Iya ayok, udah mulai gelap juga harinya, takut kalau kemaleman" sahut Devi

Mereka pun mulai berjalan pulang meninggalkan kampus yang sudah sangat sepi itu, Devi yang penasaran melihat keanehan pada Sara akhirnya ia menanyakan hal tersebut.

" Eh ra, tadi liatin apa ra?" Tanya Devi yang masih penasaran

" Liat apa? ga ada kok, cuma ngelamun aja tadi hehe" sambil tertawa lirih

" Kamu ih bikin takut aja pake ngelamun segala, kata orang-orang di situ angker tau.. untung aja ga kesambet ".

" Kalau kesambet beneran gimana dev?" Sambil menggoda devi yang penakut.

" Ya aku panik lah, mana kampus udah sepi lagi" ucap Devi dengan nada agak tinggi.

" Panik gak, panik gak, panik lah masa enggak" ucap Sara yang merubah suasana tegang menjadi lebih santai.

Mereka berdua pun tertawa, dan akhirnya mereka sampai dirumah masing, kebetulan jarak antara rumah mereka tidak begitu jauh. Hari demi hari berlalu, entah mengapa setiap mereka berjalan melewati ruangan tua itu, Sara sering sekali berhenti sebentar melangkahkan kakinya, pandangannya selalu saja ke ruangan tua tersebut, ada suatu ketika dimana perkuliahan masuk sedikit telat, karena Devi yang sudah sangat penasaran dengan sikap kawannya yang makin hari makin aneh itu, pada saat itu lah ia bertanya.

" Ra.." panggil Devi

" Iya dev, kenapa?" jawab Sara

" Ra.. sebenarnya apa sih yang bikin kamu diam kalau kita lewat ruangan tua di dekat toilet itu?" Tanya Devi sambil menaikan salah satu alisnya.

" Hmm.. gimana ya dev, aku mau cerita tapi takut kamu ga percaya ".

" Ya elahh, cerita aja ra, lagian aku percaya kok sama kamu, aku tau kamu orangnya selalu jujur" meyakinkan Sara.

" Jadi gini, sebenernya...".

Tiba-tiba bapak Umar pun masuk kelas.

" Aduh.. Maaf ya bapak telat, sampai mana belajar kita kemarin" Ucap bapak Umar yang tergesa-gesa.

" Yah.. pak Umar datang " ucap Devi dengan wajah cemberut.

" Nanti aja dev aku ceritain, sekarang kita fokus belajar dulu".

" Iya deh ra".

Waktu  pelajaran telah habis, semua mahasiswa meninggalkan kelas terkecuali mereka berdua." Nah, udah sepi nih, ayok lanjut ceritanya ra, aku penasaran".

" Hum...iya deh jadi gini dev, aku sebenernya punya kemampuan bisa ngeliat mahluk dari alam lain ".

" Hah.. berarti kamu indigo ra? " Tanya Devi terkejut.

" Iya dev, tiap kali aku lewat ruangan itu pasti rasanya ada yang manggil aku, kaya minta tolong gitu ".

" Ohh gitu, berarti waktu kamu nganterin aku pipis itu, kamu ada denger atau liat sesuatu gitu?".

" Yup.. aku ngeliat ada sosok yang liatin kita dijendela sana ". 

" Ihhhh serem, bener kan kata ku disana tu angker " ucap Devi ketakutan.

" Ummm dev, besok sehabis kuliah kamu mau kan temenin aku kesana" sambil memegang tangan Devi.

" Dibilang angker malah mau kesana, emangnya mau ngapain kesana Saraaa.."

" Kayanya ada yang mau disampaikan sama sosok yang aku liat waktu itu, soalnya dia manggil aku terus"

" Aku takut ah, nanti kalau terjadi sesuatu gimana " ucap Devi dengan nada cemas.

" Tenang aja, ga bakal terjadi sesuatu kok, kan ada aku " berusaha meyakinkan Devi.

" Iya deh aku ikut kamu ".

" Sipp.. besok ya habis kuliah, dah ayo kita pulang! ".

"Yok" sahut Devi.

Keesokan harinya, sehabis kuliah tepatnya jam 5 sore, mereka pun mendatangi ruangan tua tersebut, dan

" Wuuuuussssst " angin menyapa mereka berdua saat tiba di pintu ruangan tua yang sudah rapuh tersebut.

" Raaa...." Ucap Devi gugup.

" Udah tenang aja, ada aku disini " mencoba menenangkan Devi

" Ayok masuk " ajak Sara sambil menggandeng tangan kawannya itu

Devi mengangguk ajakan Sara dengan wajah yang mulai pucat dan keringat dingin yang mulai mengalir.

Keduanya mulai melangkahkan kaki dan memasuki ruangan tua tersebut, dengan langkah berat Devi melangkah dan berpegangan erat pada tangan kawannya itu, Suasana ruang yang awalnya biasa-biasa saja kini berubah menjadi dingin mencengkam serta mulai tercium bau-bau aneh di dalam sana.

" Raa... pulang aja yuk... aku takut nih!" rengek Devi.

" Nanti dulu dev! " kata-kata itu menunjukan bahwa Sara masih tidak ingin segera pergi.

" Tapi aku takutt ".

Dengan detak jantung yang berdebar kencang Devi mengajak lagi kawannya itu untuk pulang, namun ajakannya itu tak dihiraukan oleh Sara, dengan berat hati Devi melangkahkan kakinya, masuk lebih dalam mengikuti Sara.

" Haduhhhhh... ni anak nekat banget sih " Gumamnya dalam hati.

Setelah berada di tengah-tengah ruangan, Sara pun menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Devi yang dari tadi menggandeng tangan Sara dengan erat, Devi hanya bisa tengak tengok kanan kiri saja melihat sekeliling dan berdoa kepada tuhan agar bisa keluar dari ruangan yang membuat bulu kuduknya berdiri dengan cepat.

Sara yang sedari tadi diam dan fokus menatap satu titik di pojokan ruangan membuat jantung Devi makin berdebar kencang, ternyata Sara sedang melihat sosok wanita berambut panjang yang tengah menangis dengan wajah yang begitu pucat, ia mencoba untuk berinteraksi dengan sosok wanita tersebut, Sara merasa seperti ada hal yang ingin disampaikan oleh wanita tersebut kepadanya. 

Namun saat Sara berusaha menangkap apa maksud dari kehadiran sosok wanita tersebut, perlahan sosok wanita itu berjalan menuju tumpukan buku-buku tua yang ada di lemari. Sara berusaha mengikuti sosok wanita tersebut, ia merasa ada yang ingin ditujukan kepadanya, dan benar saja sosok wanita itu menghilang setelah menjatuhkan salah satu buku dari tumpukan buku tersebut.

" Brakkk.."

" Aaaaaaaaaa...." Teriak Devi terkejut mendengar buku yang tiba-tiba terjatuh dengan sendirinya.

" Ra.. ra.. raaa... ayo kita keluar dari sini aku takut ra " seru Devi sambil berusaha menarik tangan Sara, namun ditarik lagi oleh Sara.

" Tunggu dulu " Sara mencoba mengambil buku yang terjatuh tadi.

" Apa lagi sihh.. ayok buruan keluar dari sini! " semakin deras keringat dingin yang bercucuran dibadan Devi.

" Liat buku ini deh.. sini dulu jangan takut yah, tenang, tenang, tenang oke ".

Sara yang mencoba menenangkan kawannya yang panik itu, lalu Devi pun mendekati Sara setelah ia mengatur nafasnya dan berusaha tenang.

" huuufffft, oke oke aku coba tenang " menghela nafas panjang.

" Ra kenapa sih nekat banget masuk kesini, kamu ga takut? " Tanya Devi

" Devi... kamu bakal tau semuanya setelah kita membongkar semua misteri yang ada di ruangan tua ini " mencoba menjelaskan kepada Devi.

" Caranya ra? " Devi semakin tidak paham.

"Kamu lihat ini kan? ".

Sara pun membawa buku yang jatuh tadi dan beranjak berniat untuk duduk di kursi yang ada di ruangan tersebut, Devi pun mengikuti kawannya itu dan duduk disamping Sara.

Dengan perlahan Sara membuka dan membaca buku itu dengan suara agak keras agar Devi juga dapat mengetahui isi buku tersebut, betapa terkejutnya mereka berdua setelah membaca buku itu yang ternyata diary seorang mahasiswi yang meninggal di ruangan itu, perasaan Sara dan Devi bercampur aduk, rasa sedih,marah dan kasihan bercampur menjadi satu setelah mereka membaca diary itu. 

Tertulis nama Santi di buku diary itu, Santi merupakan mahasiswi yang periang ceria dan juga pintar di sekolah itu tidak hanya kecerdasaan saja yang dimilikinya Santi juga memiliki paras yang cantik jelita, namun semua itu mulai berubah setelah orang tuanya meninggal karena kecelakaan yang menimpa mereka saat pergi keluar kota, Santi terpaksa tinggal bersama paman dan Tantenya yang cukup kejam, ia selalu dibeda-dedakan dengan Nina sepupunya yang merupakan anak dari paman dan Tantenya, selain itu Santi di perlakukan tidak adil oleh paman dan tantenya.

Namun ternyata diam-diam pamannya itu menyukai Santi karena paras nya yang cantik itu, muncul pikiran bejat di benak pamannya  itu. Keanehan itu mulai terjadi semenjak pamannya memberi perhatian lebih kepada keponakan nya itu dan sering menjemput Santi sekolah, namun pada suatu saat pamannya sengaja menjemput Santi agak lambat dan membuatnya menunggu cukup lama, hingga suasana kampus itu pun menjadi sepi, sang paman berniat mencabuli keponakannya itu dengan alih-alih ingin buang air dan meminta agar Santi menunjukan jalan menuju toilet sekolah, dengan senang hati Santi mengantarkan paman nya itu karena tidak ada sedikitpun pikiran buruk yang hinggap di pikiran nya. 

Namun apa mau dikata sang paman malah menarik Santi dengan paksa kedalam ruangan yang ada di dekat toilet itu, kebetulan pintunya masih terbuka entah karena memang sengaja tidak ditutup atau kelupaan untuk menutup nya, Santi berusaha memberontak, melepaskan cengkraman sang Paman namun tenaganya tidak cukup kuat untuk melepas kan diri, Santi terus saja  memberontak, dan berteriak minta tolong sang paman pun geram dan membenturkan kepala sang keponakan ke dinding, saking kerasnya benturan tersebut kepala Santi pun mengalami pendarahan hebat pada saat itu dan mengakibat kan Santi meninggal di tempat, Paman nya yang panik melihat kejadian itu pun langsung kabur meninggalkan keponakannya yang sudah tak bernyawa itu begitu saja. 

Jasad Santi ditemukan pada keesokan hari nya oleh petugas sekolah. Kematian Santi pun masih menjadi misteri sampai saat ini, ada yang mengatakan Santi bunuh diri karena stress ditinggal orang tua nya dan masih banyak lagi.

Peristiwa itu seakan terekam dan di putar ulang di depan Sara dan Devi, mereka berdua merasa iba tak terasa air mata jatuh dari mata keduanya, setelah sadar dari semua kejadian yang seakan terjadi di depan mereka, Sara dan Devi pun akhirnya segera pergi dari ruangan itu, jalan pikiran mereka sama, mereka pun pergi ke kantor polisi dan melaporkan kejadian yang bertahun-tahun menjadi misteri. 

Dengan barang bukti yang telah mereka temukan sebelumnya polisi pun mencari keberadaan sang Paman, setelah ditemukan orang itu pun di penjara. Kejadian itu pun menjadi trending topik di kampus mereka, 

Dengan keberanian Sara untuk memecahkan misteri ruangan tua itu, akhirnya sosok wanita penghuni ruangan tua itu kini sudah tidak pernah muncul lagi. Hari demi hari setelah kejadian yang mereka alami akhirnya mereka berdua pun melupakan kejadian yang pernah terjadi mereka lebih memilih fokus pada kuliahnya dan menjalani hari-hari dengan gembira, riang dan ceria. Setelah kejadian itu akhirnya ruangan tua itu dirobohkan karena akan dijadikan lahan parkiran oleh kampus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun