Mohon tunggu...
Adinda Trianurahmah
Adinda Trianurahmah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Era Baru Kampanye Politik: Eksplorasi New Media Paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni dalam Pilkada Kota Bekasi 2024

8 Januari 2025   22:37 Diperbarui: 8 Januari 2025   22:37 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arif (2023) dalam penelitiannya di Kota Malang menemukan bahwa rendahnya kepercayaan politik, seringkali akibat maraknya politik uang, dapat berdampak negatif pada partisipasi politik. Politik uang tidak hanya melemahkan kepercayaan pemilih terhadap proses politik, tetapi juga mengurangi motivasi mereka untuk memilih secara independen dan berdasarkan penilaian rasional terhadap calon pemimpin. Oleh karena itu, upaya pendidikan politik harus diarahkan untuk meningkatkan kesadaran pemilih pemula tentang bahaya politik uang serta diharuskan partisipasi yang bebas dari intervensi finansial (Arif, 2023).

  • Pengaruh Media Sosial dalam Kampanye Politik

Peran media sosial dalam meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula juga menjadi fokus berbagai penelitian. Farid (2023) dalam artikelnya menunjukkan bahwa media sosial menjadi alat kampanye yang sangat efektif untuk memobilisasi pemilih pemula. Media sosial mempermudah akses informasi politik dan memberikan platform interaktif bagi para calon untuk berkomunikasi langsung dengan pemilih. Namun, Farid (2023) juga menekankan bahwa dampak media sosial bisa beragam, tergantung pada intensitas keterpaparan dan kualitas informasi yang diterima oleh pemilih pemula.

Hidayat (2022) mengemukakan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia, termasuk pemilih pemula, mencari informasi politik melalui media sosial. Menurut penelitian tersebut, penggunaan media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook oleh pemilih pemula memengaruhi persepsi dan keterlibatan politik mereka. Media sosial memungkinkan pemilih pemula untuk mengikuti kampanye politik, berinteraksi dengan calon, dan mendiskusikan isu-isu politik dengan rekan sebaya. Dengan demikian, penggunaan media sosial dalam kampanye politik dapat meningkatkan literasi politik dan partisipasi pemilih pemula dalam pemilu (Hidayat, 2022).

  • Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilu

Studi Fathurokhman (2022) tentang partisipasi politik pemilih pemula menunjukkan bahwa partisipasi politik merupakan indikator diperlukan dalam menilai kualitas demokrasi suatu negara. Menurutnya, rendahnya partisipasi politik pemilih pemula dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pengetahuan politik, rendahnya kepercayaan terhadap sistem politik, serta adanya pengaruh negatif dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula perlu dilakukan melalui sosialisasi yang intensif dan pendidikan politik yang sistematis (Fathurokhman, 2022).

Adriansyah, Haviz, Ali, dan Amelia (2023) dalam penelitian mereka tentang determinan partisipasi politik masyarakat Bukittinggi pada tahun 2019 juga menemukan bahwa faktor lingkungan sosial dan tingkat pendidikan berperan diperlukan dalam mendorong partisipasi politik. Mereka menyimpulkan bahwa pendidikan politik tidak hanya perlu ditingkatkan di kalangan pemilih pemula, tetapi juga harus melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung partisipasi politik aktif (Adriansyah et al., 2023).

  • Implikasi dari Literatur terhadap Pendidikan dan Strategi Kampanye Politik

Dari literatur di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan politik yang terstruktur, lingkungan sosial yang mendukung, serta kepercayaan politik dan efikasi politik memainkan peran diperlukan dalam meningkatkan partisipasi pemilih pemula. Kombinasi dari strategi pendidikan yang tepat dan penggunaan media sosial sebagai alat kampanye yang efektif dapat mendorong keterlibatan politik yang lebih aktif di kalangan generasi muda. Untuk mencapai hal ini, diperlukan bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk bekerja sama dalam menyusun program pendidikan politik yang relevan dan interaktif, serta mengawasi penggunaan media sosial agar kampanye politik dapat dilaksanakan secara positif dan edukatif. Dengan memahami berbagai faktor yang memengaruhi partisipasi pemilih pemula, pihak-pihak terkait dapat merancang program pendidikan politik dan kampanye yang lebih efektif. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan teori dalam ilmu politik dan komunikasi, serta dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya untuk mengeksplorasi lebih lanjut tentang cara meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula di era digital.

METODE 

Penelitian ini memilih menggunakan pendekatan studi kasus dan wawancara untuk menyelidiki bagaimana media sosial digunakan dalam kampanye politik menjelang pemilihan walikota Bekasi periode 2024. Dengan metode wawancara untuk menggali pemahaman yang mendalam tentang partisipasi politik pemilih pemula melalui media sosial. Penelitian ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi dan memahami pengalaman, pandangan, dalam konteks yang lebih luas (Sugiyono, 2018). Pendekatan ini sangat cocok untuk mempelajari fenomena sosial seperti partisipasi politik yang melibatkan faktor subjektif dan konteks sosial yang kompleks. Melalui pendekatan ini, peneliti dapat memperoleh data yang kaya dan mendalam yang sulit diperoleh dengan metode yang lebih terstruktur. Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data utama. Wawancara memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi langsung dari informan mengenai pandangan mereka tentang partisipasi politik melalui media sosial. Proses wawancara memberikan ruang bagi informan untuk mengungkapkan pengalaman dan perasaan mereka secara terbuka dan rinci, yang tidak dapat diperoleh dari data numerik atau statistik (Azwar, 2017).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Peneliti menumakan ada beberapa kelebihan dari paslon 2, yaitu Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni yang memiliki berbagai kekuatan dan menjadi modal utama dalam Pilkada Kota Bekasi 2024. Uu Saeful Mikdar dengan latar belakang sebagai mantan birokrat di Dinas Pendidikan, memiliki kredibilitas tinggi dalam memahami kebutuhan masyarakat, khususnya di bidang pendidikan. Sementara itu, Nurul Sumarheni, yang pernah menjabat sebagai komisioner KPUD Kota Bekasi, membawa pengalaman mendalam dalam proses politik lokal. Kombinasi ini diperkuat dengan dukungan Partai Golkar, partai besar yang memiliki pengaruh signifikan di Kota Bekasi, meskipun Nurul berasal dari Partai Nasdem yang tidak memiliki kursi di parlemen setempat. Keberadaan dua kekuatan partai ini memberikan keunggulan struktural dan jaringan yang kuat bagi Paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni dalam berkampanye.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun