Mohon tunggu...
Adinda Sekar Nur Affiah
Adinda Sekar Nur Affiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Nama : Adinda Sekar Nur Affiah Nim: 43222010043 Jurusan: Akuntansi Kampus: Universitas Mercu Buana Dosen pengampu: Prof. Apollo Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 - Diskursus Kepemimpinan Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV pada upaya pencegahan korupsi

11 November 2023   13:21 Diperbarui: 11 November 2023   13:21 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dibuat oleh penulis

Lalu ada sikap sombong, seperti yang dijelaskan di atas Serat Wedhatama menjelaskan tentang perbedaan antara orang yang takabur (sombong) dan orang yang tawadu' (rendah diri). Orang yang sombong dengan kebodohannya cenderung tidak disukai oleh banyak orang. Mereka juga memiliki sikap sombong, merasa bahwa mereka selalu benar. Oleh karena itu, seringkali mereka berbicara atau bertindak semena-mena, tanpa memperhatikan aturan yang berlaku. Sikap sombong dalam Upaya pencegahan korupsi sangat berbahaya, karena hal itu dapat merusak integritas system dan melemahkan Upaya pencegahann korupsi. Pentingnya untuk mengutamakan keselarasan, keterbukaann dan kepentingan dalam melawan korupsi.

  • Kesimpulan 

KGPAA Mangkunegara IV adalah tokoh yang dihormati dan diingat karena kontribusinya dalam menjaga dan memajukan Mangkunegaran dalam perekonomian, Pendidikan, serta kebudayaan Jawa. Semenjak KGPAA MAngkunegara IV memimpin, perekonomian Mangkunegara sangat stabil karena, pada masa pemerintahan Mangkunegara IV beliau dapat mendirikan 2 pabrik gula di daerah Malang Jiwan yang terletak di sebelah barat wilayah Mangkunegara pada tahun 1861 dan daerah karanganyar yang terletak di sebelah timur wilayang Mangkunegara pada tahun 1871.

Serat memiliki makna sebagai karya atau tulisan tertulis, sementara Wedhatama dapat diurai menjadi kata "wedha" yang berarti ilmu dan "tama" yang berarti utama. Dengan demikian, Wedhatama dapat diartikan sebagai pengetahuan yang mendasar atau utama.

Serat Wedhatama merupakan salah satu naskah kuno Jawa (naskah pembelajaran dan ajaran) yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Jawa pada masa lalu. Bahkan, naskah ini memiliki popularitas yang besar di kalangan masyarakat Mangkunegara dan Yogyakarta, serta dihafal oleh beberapa penduduk di berbagai desa di Jawa. Tetapi, melalui makna kata "wedhatama" yang menunjukkan pengetahuan untuk mencapai keutamaan dan kehormatan hidup, dapat disimpulkan bahwa Serat Wedhatama berisi pengetahuan yang dapat digunakan sebagai materi pengajaran untuk mencapai keutamaan, kehormatan hidup, dan panduan kehidupan manusia.

Serat Wedhatama merupakan salah satu karya sastra penting yang dikaitkan dengan KGPAA Mangkunegara IV atau Raja Mangkunegaran keempat karena Karya ini merupakan sebuah manuskrip yang ditulis oleh beliau sendiri. Serat Wedhatama berisi ajaran dan nasihat moral yang memberikan panduan kehidupan yang baik dan bijaksana.

Karya sastra ini tetap dihargai dan dianggap sebagai karya yang bernilai hingga saat ini, karena pesan-pesannya yang relevan dan dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks kehidupan. Tujuan Mangkunegara IV menulis Serat Wedhatama adalah memberikan nasehat dan bimbingan kepada para ahli waris untuk menggunakan dan lebih mengamalkan ilmu agama yang diwariskan secara turun temurun oleh para kerabat kerajaan yaitu "Agama ageming aji" artinya agama yang disandang para bangsawan.

Serat Wedhatama merupakan sebuah karya sastra dalam Bahasa Jawa yang ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV pada abad ke-19. Struktur Serat Wedhatama terdiri dari 100 bait yang dibagi menjadi 5 macam tembang atau pupuh, yaitu Pangkur, Sinom, Pucung, Gambuh dan Kinanthi. Urutan kelimanya memiliki makna tersendiri.

Kelima pupuh dalam Serat Wedhatama didasarkan pada ajaran filsafat Jawa yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kehidupan yang penting dan bermanfaat bagi manusia, dengan fokus pada upaya mencapai kebijaksanaan, keselarasan, dan kesempurnaan dalam kehidupan sehari-hari.

Serat wedhatama memiliki tipe kategori dalam leardership (kepemimpinan), yaitu: Nistha, Madya, dan Utama.

Dalam ajaran Serat Wedhatama sangat mempengaruhi kehidupan sehari hari dan memiliki fungsi yang beragam untuk Masyarakat, berikut fungsi yang ada dalam ajaran Serat Wedhatama: Fungsi sosial Keterkaitan fungsi sosial dengan Serat Wedatama dapat memengaruhi kehidupan manusia sebagaimana mahluk sosial.

Ki Hajar dalam Dewantara Wiana (1987: 75) menyatakan bahwa agar budaya keagamaan tidak membeku dan mati serta kehilangan identitasnya sendiri, diperlukan tiga gerakan, yaitu Continuitas, Convergensi dan Consentrisitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun