Serat Wedhatama juga mengajarkan moral tentang mental, berikut 5 tatanan moral mental:
- Aja Dumeh : Jangan semena -- mena
- Aja Gumunan : Jangan mudah kagum atau takjub paa apapuun itu,kita harus menyikapi sikap tersebut dengan bijaksana.
- Aja Kagetan : Jangan mudah terkejut
- Prasojo/Prasaja : Mengajarkan kita untuk bersikap berkecukupan
- Manjing Ajur Ajer : mengajarkan kita untuk tulus pada semua manusia tanpa memandang bulu.
Etika yang diajarkan dalam Serat Wedhatama pada Pupuh Kinanthi:
- Eling lan waspada (selalu wspada) : Dalam konteks ini digunakan sebagai peringatan untuk meminta seseorang agar tetap berhati-hati dan waspada terhadap suatu situasi atau risiko tertentu.
- Awya Mematuh Nalutuh (menghindari Tindakan marah) : Dalam konteks ini dugunakan untuk selalu sabar dalam menghadapi apapun dan mampu menghindar dari Tindakan marah.
- Gonyak-ganyuk ngelinhsemi (tidak boleh berprilaku tidak sopan didepan umum): Dalam konteks ini  pemimpin seharusnya mampu menjaga perilaku yang baik saat rapat di hadapan umum..
- Bangkit Ajur Ajer (tulus) : Dalam kontrks ini pemimpin mampu untuk bergaul tulus tanpa membedakan kelas manusia.
- Mung Ngenaki Tyasing Lyan (jujur dan bersikap baik) : Dalam konteks ini pemimpin mampu untuk memakai pengetahuannya benar dan jujur serta harus bersikap baik
- Den bisa mbusuki Ujaring Janmi : Artinya untuk perlu kadang-kadang pura-pura bodoh, menghadapi orang bodoh dengan cara baik.
Dalam ajaran Serat Wedhatama sangat mempengaruhi kehidupan sehari hari dan memiliki fungsi yang beragam untuk Masyarakat, berikut fungsi yang ada dalam ajaran Serat Wedhatama:
   1. Fungsi sosial
Keterkaitan fungsi sosial dengan Serat Wedatama bisa memengaruhi kehidupan manusia sebagaimana mahluk sosial. manusia sebagai mahluk sosial bergantung pada orang lain, membuat gerombolan  menggunakan pemahaman, tujuan, serta visi yang sama. Adanya Serat Wedatama dapat mensugesti kehidupan sosial masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. oleh sebab itu, menghubungkan pengalaman batin menggunakan karya sastra Serat Wedatama akan memerankan fungsi sosialnya.
   2. Fungsi Religius
Religius artinya bersifat religius, bersifat religius dan berkaitan dengan agama (Tim, 2008: 1159). Ketika manusia sadar akan keberadaan dirinya, manusia mulai berpikir untuk menemukan tujuan hidupnya dalam kaitannya dengan keberadaan kebenaran, kebaikan dan Sang Pencipta yaitu Tuhan. Hal ini terlihat jelas pada cerminan kehidupan masyarakat Jawa yang berupa norma, adat istiadat, mitos dan agama.
   3. Fungsi Pelestarian Budaya
Serat Wedatama merupakan karya budaya yang tergolong sastra Jawa yang mengandung hikmah yang mengakar dalam masyarakat. KGPAA Mangkunegara IV pada awalnya bermaksud agar ajaran yang terkandung dalam Serat Wedatama mempunyai akhlak yang mulia bagi putra dan keturunannya. Namun seiring berjalannya waktu, doktrin ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan yang lebih universal pada saat itu. Artinya Serat Wedhatama dapat diteliti oleh siapa saja dan selalu bermanfaat. Hal ini sesuai dengan pandangan Malinowski Yudabakti dan Watra (2007: 24) bahwa kelangsungan atau keberlanjutan suatu sistem budaya disebabkan oleh berfungsinya budaya tersebut dalam masyarakat. Ki Hajar dalam Dewantara Wiana (1987: 75) menyatakan bahwa agar budaya keagamaan tidak membeku dan mati serta kehilangan identitasnya sendiri, diperlukan tiga gerakan, yaitu sebagai berikut:
- Continuitas : artinya kelanjutan baik unsur-unsur sejarah tradisi yang masih bisa dilestarikan di zaman ini maupun pada masa yang akan tiba, serta unsur-unsur tersebut bisa timbul seiring dengan terus berkembangnya kebudayaan.
- Convergensi : artinya tidak menolak pengaruh baik dari luar, tetapi selektif dalam menerima, memperkaya dan memperkuat kebudayaan seseorang.
- Consentrisitas tidak hanya menarik pengaruh, tradisi, tetapi juga inovasi dari alam dan era baru.
Permasalahan ini menjadi keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesinambungannya atau membawa tradisi bangsa ke dalam masyarakat masa kini dan masyarakat masa depan terutama cara berpikir, kepercayaan, adat istiadat, pengalaman sejarah, keindahan, bahasa dan bentuk kebudayaan. Oleh karena itu, serat Wedatama harus dijaga secara dinamis sesuai kondisi zaman dalam kondisi dan waktu.
Nilai-nilai dan ajaran yang terdapat dalam Serat Wedhatama memiliki hubungan yang signifikan dengan pendidikan dalam konteks layanan bimbingan dan konseling. Nilai-nilai yang ditemukan dalam ajaran Serat Wedhatama dapat dikelompokkan berdasarkan aspek pribadi, sosial, pembelajaran, dan karier, dengan tujuan membentuk peserta didik yang memiliki karakter unggul sesuai dengan nilai-nilai budaya Jawa.