Mohon tunggu...
Adilah Azzahra
Adilah Azzahra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

in the world u can be anything, be kind

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Kalangan Wanita untuk Para Wanita

21 November 2021   17:44 Diperbarui: 21 November 2021   17:48 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berusaha tidak terlarut ke dalam emosi, mencoba tenang dengan mengatur nafas, menyusun kata-kata sebaik mungkin agar kakakku dapat mengerti apa yang ku maksud nantinya dan tidak menjadi kesalah pahaman, "awak ka mamulai, dan awak yakin akan ado banyak pangorbanan nan dituntuik dari diri awak. Jiko abang bisa, manga pulo awak indak bisa. Jiko lakilaki bisa, manga pulo parusi indak bisa."

"Baiklah abang percaya kau pasti bisa, tapi kau tetap harus melanjutkan sekolah abang ya," jawab Kakakku tenang penuh yakin bahwa aku bisa.

"Iyo abang, tarimo kasih," jawabku dengan senyum yang mengembang.

Tak terasa setelah berjalan dipenuhi dengan obrolan yang serius aku dan kakakku pun sampai di rumah.

Setelah 7 tahun berlalu, aku berguru dengan Kakakku, Zainuddin, dan Haji Abdul Karim Amrullah yang merupakan ayahanda Buya Hamka. Tak cuma belajar soal keislaman, aku pun mempelajari banyak hal, seperti ilmu kesehatan, memasak, menenun, dan menjahit. Banyak pelajaran yang akan aku salurkan kepada murid-murid di sekolah yang aku dirikan, Diniyah Puteri.

Untuk sampai di titik ini tentu tidaklah mudah, banyak sekali lika-liku perjalanan yang aku alami, belum lagi perdebatan kecil dengan Kakakku karena selalu berbeda pendapat. Namun, pada akhirnya semua itu bisa aku lalui berkat teguhnya diriku untuk memajukan perempuan, tentunya dengan bantuan Kakakku dan orang-orang terdekatku.

Aku sangat peduli dengan kaum perempuan. Menurut penilaianku bahwa kaum perempuan sebagai tiang negara mestinya mendapatkan pendidikan yang baik sebagaimana halnya kaum lelaki. Keterbelakangan pendidikan kaum perempuan ini, menurutku, berakar dari persoalan pendidikan dan bisa diselesaikan melalui bidang pendidikan pula.

Bagiku, perempuan adalah pendidik anak yang akan mengendalikan jalur kehidupan mereka selanjutnya. Maka perlu ada upaya untuk meningkatkan kemampuan kaum perempuan, baik di bidang intelektual maupun kepribadian.

Namun, aku tampak masih meyakini bahwa peran-peran domestik tak bisa dilepaskan dari perempuan. Aku mencoba memasukkan keterampilan rumah tangga ke dalam kurikulum sekolah, seperti memasak dan menjahit. Di masa yang di tengah masyarakatnya sangat patriarki, pemikiran seperti ini agaknya masih bisa dimaklumi.

Berdirinya aku disini di depan bangunan kokoh berwarna putih bersih, dengan terpampang papan nama di atasnya Sekolah Diniyah Putri. Perasaanku campur aduk senang, terharu, bangga menjadi satu, akhirnya aku bisa membangun sekolah ini. Semua yang kulalui tidaklah sia-sia aku sangat berterima kasih kepada Kakakku karena telah mempercayaiku dan mengajariku dengan sabar.

Sebuah tepukan pundak dari Kakakku membuatku menoleh, "Selamat yo kau berhasil, abang bangga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun