Mohon tunggu...
slamet riyadi
slamet riyadi Mohon Tunggu... -

Penulis dan konsultan marketingbeneran.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok, Preketek!

15 Maret 2016   09:48 Diperbarui: 15 Maret 2016   11:31 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mark Mc Kinnon penasihat utama kampanye pilpres George Bush mengatakan “Mungkin dia bisa membentuk kembali politik Amerika” karena Obama diibaratkan sebagai “A walking, talking hope machine”. Begitu juga Ahok dan Teman Ahok. Jika ramalan diatas terjadi maka mereka akan merekonstruksi politik Indonesia secara bermakna.

Fenomena Ahok akan menular ke daerah lain karena pelaku utamanya adalah generasi muda (Gen Y) dimana sosmed adalah dunia keseharian mereka. Situasi ini akan memaksa partai berubah untuk punya ideologi yang jelas dan tahu jalan bagaimana mengelola daerah atau negara ini dengan ideology tersebut, untuk kesejahteraan semua masyarakat. Jika tidak partai semakin terpuruk dan ditinggal karena semakin banyak rakyat pesimis bahkan mulai muak kepada partai.

Pertanyaannya apakah Ahok menang ? Saya mencoba menganalisanya dengan konsep dan teori MarkBen – Marketing Beneran.

“Setiap detik dunia tidak lagi sama” itulah salah satu konsep dasar yang dibangun dalam teori MarkBen – Marketing Beneran (lihat artikel Masa Depan Bank). Lalu apa nilai dasar yang dibangun dalam konsep dan teori MarkBen – Marketing Beneran “Hanya hati yang menggerakkan hati”.

“Terra incognita” kata Alvin Toffler menggambarkan perubahan yang penuh gonjang ganjing. Dimana satu perubahan akan merubah hal-hal lainnya secara tak terduga, tidak linear dan bisa sangat mendasar. Setiap perubahan terjadi maka peradaban dan budaya baru yang muncul akan melenyapkan budaya dan peradaban sebelumnya.

Semua seperti terburu-buru berubah, semuanya. Tetapi ada yang tidak pernah berubah sejak Nabi Adam dan sampai kapanpun. Yaitu nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai ini berlaku universal, semua manusia pada hakekatnya menyenangi dan mengagungkannya. Hal ini berlaku sama dibelahan bumi manapun. Nilai-nilai ini tidak ada bedanya, baik berdasarkan ras, agama atau budaya manapun.

Stephen R Covey penulis buku top The 7 Habits menyebut nilai-nilai kemanusiaan sebagai karakter. Contohnya kejujuran, pengorbanan, kerendahan hati, integritas, kesederhanaan, kerajinan, kesabaran, keberanian, keadilan atau hal-hal positif lainnya. Kejujuran, pengorbanan, keberanian, adil didorong dan dijunjung tinggi baik oleh Suku Mursi di Etiopia, Suku Awa di Amazon atau Suku Asmat di Papua. Didorong dan dijunjung tinggi di Amerika, Eropa, Afrika, China atau di Indonesia.

Ketika ada orang yang punya karakter seperti ini dan mempraktekkannya dalam kehidupan dengan ketulusan, pengorbanan dan keberanian maka orang tersebut akan dihormati dan dikagumi banyak orang. Tokoh yang menggemparkan dunia yang akhirnya menjadi pemimpin yang bisa memajukan bangsanya adalah orang yang mempunyai nilai-nilai “kemanusiaan” yang luar biasa.

George Washington, Gandhi, Nelson Mandela, Yasir Arafat, Soekarno-Hatta dan tokoh-tokoh besar lainnya di seluruh pelosok dunia adalah sama. Mereka memiliki pribadi unggul, pemberani, rendah hati, sederhana dan rela mengorbankan apa saja termasuk “nyawanya”. Karena “hati” semacam inilah beliau-beliau ini mampu menggerakkan hati sebagian besar rakyatnya. Hanya hati yang menggerakkan hati.

Dalam film, seorang yang kelihatan lebih tua dari umurnya, kurus dan terus batuk-batuk di atas tandu. Tapi keadaan tersebut tidak mengurangi wibawa, cinta dari orang orang yang menggendongnya naik turun gunung dan lembah mengarungi puluhan sungai. Bahkan rakyat setiap desa yang dijumpainya tersungkur menaruh hormat yang dalam, sembari menyebut doa yang tulus. Dialah Soedirman bapak tentara Indonesia, Jendral besar yang jasanya luar biasa terhadap TNI dan Indonesia.

Soekarno yang berpidato di lapangan banteng saat itu, bagi rakyat yang hadir lebih dari seorang pemimpin. Rakyat mengagumi, mencintai bahkan mungkin lebih dari bapaknya sendiri. Pada waktu ada berita mengenang penyerangan 27 Juli di kantor PDI di Jl. Diponegoro banyak diputar di TV, di sebuah desa kecil di Semarang saya bertemu seorang kakek yang menangis tersedu-sedu bercerita tentang Bung Karno. Bagi saya ini luar biasa. Setelah puluhan tahun Bung Karno terkubur, dan jejaknya dibumihanguskan dengan rekayasa sejarah oleh pemerintah Orba, tetap bersemayam di hati sanubari rakyatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun