Harapannya, dukun tersebut bisa menyelesaikan masalah ekonominya, atau melipatgandakan aset miliknya dalam waktu singkat.
Janji-janji manis yang disampaikan dukun tersebut tentu saja menjadi "bumbu" yang membuat orang tadi terpikat.Â
Tanpa berpikir panjang, ia langsung menyantapnya bulat-bulat. Ia menyetorkan uangnya kepada dukun tersebut, dan menunggu janji tadi dipenuhi.Â
Namun, biasanya yang terjadi adalah janji tinggal janji, dan uang tidak pernah kembali. Selebihnya adalah tragedi.
Tentu saja, tidak ada yang bisa dipersalahkan apabila hal itu terjadi, kecuali diri sendiri.Â
Seharusnya, yang bersangkutan menggunakan akal sehat, ketimbang emosi sesaat.
Semestinya orang tersebut berpikir, "Kalau memang betul dukun tersebut sanggup menggandakan uang, lantas buat apa ia masih buka praktik? Mengapa namanya tidak muncul dalam daftar orang terkaya di Indonesia?"
Pemikiran seperti inilah yang mungkin tidak akan terlintas di benak orang yang sudah terlanjur terpedaya oleh janji "dukun pengganda uang".Â
Agaknya nafsu yang kelewat kuat sudah muncul di pikiran orang tersebut, sehingga ia tidak mampu lagi berpikir dengan jernih, dan akhirnya terjerumus. Alhasil, kasus-kasus sebelumnya pun berulang dengan tokoh dan alur yang sedikit berbeda.Â
Sungguh disayangkan bukan?
Menggandakan Uang
Kejadian ini kemudian mungkin memunculkan sebuah pertanyaan, "Apakah tidak ada cara lain untuk menggandakan uang?"