"Bagaimana cara mencari saham bagus yang bisa menghasilkan keuntungan yang besar?"
Pertanyaan tersebut mungkin merupakan pertanyaan yang cukup "krusial" bagi siapapun yang berkecimpung di pasar saham.Â
Disebut demikian, karena upaya mencari dan menemukan saham yang layak diinvestasikan bakal menentukan perjalanan investasi yang dilakukan.
Jika "berjodoh" dengan sebuah saham yang bagus, maka investor bisa saja memperoleh keuntungan yang lumayan besar darinya. Namun, kalau yang terjadi justru sebaliknya, maka investor siap-siap menanggung kerugian.
Makanya, memilah dan memilih saham begitu penting. Namun, sayangnya, mendapatkan saham yang bagus itu gampang-gampang susah.Â
Disebut gampang, lantaran kini tersedia sejumlah aplikasi stock screener yang bisa dipakai untuk menyeleksi saham yang sesuai dengan kriteria.
Dengan memakai aplikasi tadi, kita cukup memasukkan kriteria-kriteria tertentu (biasanya berdasarkan rasio keuangan), dan kemudian akan muncul sejumlah saham yang patut diperhatikan.Â
Alhasil, hanya dalam waktu beberapa menit saja, kita sebetulnya sudah bisa menjaring sejumlah saham yang layak dipertimbangkan untuk dibeli.
Sementara, disebut susah, karena kita mesti melakukan analisis lebih lanjut. Mencari saham berdasarkan rasio keuangan tertentu tidaklah cukup. Kita mesti membaca sejumlah dokumen penting, seperti laporan keuangan, laporan tahunan, laporan public expose, dan laporan kepemilikan, guna mengetahui seluk-beluk perusahaan lebih dalam. Semakin kita mengenal sebuah perusahaan dengan baik, maka semakin kita terhindar dari kesalahan investasi.
Namun demikian, dalam artikel ini, saya tidak akan membahas panjang lebar tentang cara membedah laporan keuangan, atau sebangsanya.Â
Saya rasa tidak akan cukup ruang untuk menampilkannya di sebuah blog, mengingat pembahasannya bakal cukup kompleks dan jlimet.Â
Oleh sebab itu, di artikel sederhana ini, saya hanya ingin berbagi beberapa tips untuk melakukan screening saham yang layak investasi.
1. Carilah Saham yang Return on Equity (ROE)-nya di Atas 10%
Sewaktu berburu saham untuk dibeli, hal awal yang saya perhatikan ialah rasio ROE-nya.Â
Seperti namanya, ROE merupakan rasio yang membandingkan antara jumlah laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan dan ekuitas yang diberikan investor.
Jika boleh diberi perumpamaan, ROE mirip dengan bunga bank. Jika kita menyimpan sejumlah uang di bank, maka setiap bulan, kita tentu bakal mendapat bunga yang besarannya berbeda-beda, bergantung pada kebijakan masing-masing bank. Alhasil, dengan menaruh uang di bank, uang kita bakal bertambah nilainya.
Investasi saham pun demikian. Sewaktu kita membeli saham, sebetulnya kita ikut memiliki modal yang tercatat di bagian ekuitas. Makanya, jangan heran kalau ekuitas sering pula disebut sebagai modalnya investor.
Investor sebetulnya hanya bertugas menanamkan modalnya di sebuah perusahaan. Selanjutnya modal tadi bakal digunakan oleh manajemen untuk kepentingan bisnis.
Jika modal tersebut bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin, maka perusahaan bisa mencatatkan laba (keuntungan). Laba inilah yang selanjutnya bakal "dikembalikan" kepada investor.
Oleh sebab itu, sebagai investor, umumnya kita mengharapkan laba yang besar. Misal, kalau kita menyetorkan modal 1000 rupiah, dan ternyata perusahaan memperoleh laba sebesar 100 rupiah, maka berarti keuntungan yang bisa diperoleh adalah sebesar 10%. Angka 10% inilah yang disebut sebagai ROE.
Tentu saja setiap perusahaan mempunyai tingkat ROE yang berbeda, tetapi yang terbaik ialah perusahaan yang sanggup menghasilkan ROE minimal 10%. Semakin besar, maka semakin baik. Jadi, jika ingin memperoleh keuntungan yang besar, carilah saham yang ROE-nya besar.
Selain itu, cermati juga tren ROE-nya dari tahun ke tahun. Tren ini bakal memberi tahu kita tentang konsistensi keuntungan yang bisa diraih perusahan setiap musim. Saham yang bagus mempunyai tren ROE yang meningkat atau stabil.
2. Hindarilah Saham yang Debt to Equity Ratio (DER)-nya Tinggi
Rasio keuangan lain yang juga masuk ke dalam kriteria seleksi saham yang biasa saya pakai ialah DER. Rasio ini membandingkan antara jumlah liabilitas (utang) dan ekuitas.
Perusahaan yang baik (terutama yang non-bank) umumnya mempunyai DER di bawah 1 kali. Ini artinya perusahaan tersebut terbilang aman, karena jumlah utang-nya terkendali.Â
Alhasil, jika kita menyimpannya dalam jangka panjang, maka kita bakal terhindar dari risiko terjadinya gagal bayar utang atau bangkrut.
Seperti halnya ROE, lihat juga tren DER-nya. Dalam melakukan screening, saya suka pada saham yang tingkat DER-nya turun. Ini menunjukkan kalau perusahaan sanggup menghasilkan kas dan mampu membayar utang-utangnya.
3. Perhatikanlah Saham yang Valuasinya Murah
Untuk mengukur valuasi saham, rasio yang biasa digunakan ialah Price to Book Value (PBV) dan Price to Earning (PER).Â
Saham-saham yang dikategorikan saham murah adalah saham yang PBV-nya di bawah 1 kali dan PER-nya di bawah 1 kali.
Tentu saja, rasio tadi mesti disandingkan dengan rasio lain, seperti ROE, supaya kita terhindar dari "value trap". Sebab, tidak semua saham yang murah itu bagus, dan tidak semua saham yang bagus itu murah.
Terkadang pasar saham itu bersifat efisien, dalam artian bahwa investor cenderung menghargai saham sewajarnya.Â
Makanya, jangan heran jika ada saham yang dari segi fundamental tampak begitu bagus, tetapi sahamnya terus undervalue selama bertahun-tahun, maka boleh jadi, saham tersebut bukan saham yang murah, tetapi "murahan".
4. Cermatilah Tren Harganya
Saham yang bagus biasanya bakal tercermin dari tren harganya. Jika memang kinerja perusahaan membaik, maka tentu saja investor bakal mengapresiasi harga sahamnya. Demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam menyeleksi saham, kita jangan melulu terpaku pada aspek fundamental. Kita mesti juga mempertimbangkan aspek teknikal.
Alasannya? Laporan keuangan yang menjadi pijakan utama bagi analisis fundamental ternyata bisa dipalsukan. Data-data di dalamnya masih bisa dimanipulasi.
Makanya, supaya tidak terkecoh, kita mesti memeriksa aspek teknikalnya juga. Analisis tersebut bisa memberi "informasi tersembunyi" yang belum sanggup diungkapkan dalam analisis fundamental.
Oleh sebab itu, sewaktu mendapati saham yang dinilai bagus, saya kemudian mengecek tren harganya.Â
Saya suka dengan saham yang tren harganya mengikuti kinerja-nya. Ini artinya tidak ada kasus terselubung yang menjerat saham tersebut.Â
Semuanya baik-baik saja, baik dari sisi kinerja perusahaannya maupun kualitas manajemennya.
Setidaknya itulah 4 tips yang dasar dalam menjaring saham, yang umumnya saya terapkan.Â
Tentu saja, setelah menerapkan tips tadi, saya tidak langsung membeli sahamnya. Masih ada hal lain yang mesti saya lakukan, seperti membaca laporan keuangan, menyimak interview manajemen, dan sebagainya, guna meyakinkan saya bahwa saham tersebut memang layak untuk dibeli.
Meski begitu, tips-tips tadi setidaknya bisa menjadi "gerbang" untuk menemukan saham berkualitas "bintang lima", yang dijual dengan "harga kaki lima", yang sanggup menghasilkan cuan puluhan hingga ratusan persen. Silakan dicoba.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H