Selain itu, cermati juga tren ROE-nya dari tahun ke tahun. Tren ini bakal memberi tahu kita tentang konsistensi keuntungan yang bisa diraih perusahan setiap musim. Saham yang bagus mempunyai tren ROE yang meningkat atau stabil.
2. Hindarilah Saham yang Debt to Equity Ratio (DER)-nya Tinggi
Rasio keuangan lain yang juga masuk ke dalam kriteria seleksi saham yang biasa saya pakai ialah DER. Rasio ini membandingkan antara jumlah liabilitas (utang) dan ekuitas.
Perusahaan yang baik (terutama yang non-bank) umumnya mempunyai DER di bawah 1 kali. Ini artinya perusahaan tersebut terbilang aman, karena jumlah utang-nya terkendali.Â
Alhasil, jika kita menyimpannya dalam jangka panjang, maka kita bakal terhindar dari risiko terjadinya gagal bayar utang atau bangkrut.
Seperti halnya ROE, lihat juga tren DER-nya. Dalam melakukan screening, saya suka pada saham yang tingkat DER-nya turun. Ini menunjukkan kalau perusahaan sanggup menghasilkan kas dan mampu membayar utang-utangnya.
3. Perhatikanlah Saham yang Valuasinya Murah
Untuk mengukur valuasi saham, rasio yang biasa digunakan ialah Price to Book Value (PBV) dan Price to Earning (PER).Â
Saham-saham yang dikategorikan saham murah adalah saham yang PBV-nya di bawah 1 kali dan PER-nya di bawah 1 kali.
Tentu saja, rasio tadi mesti disandingkan dengan rasio lain, seperti ROE, supaya kita terhindar dari "value trap". Sebab, tidak semua saham yang murah itu bagus, dan tidak semua saham yang bagus itu murah.
Terkadang pasar saham itu bersifat efisien, dalam artian bahwa investor cenderung menghargai saham sewajarnya.Â