Tak lama kemudian, Fred muncul dengan heboh. Seperti kuceritakan di awal, berulang kali, ia berkata menemukan mayat manusia.
"Kau harus melihatnya!" Katanya dengan suara gugup. "Ada mayat lelaki di sana!"
Jarinya yang keriput menunjuk semak-semak.
Aku mencoba menenangkan Fred. Dalam situasi darurat, halusinasi kadang merasuki pikiran seseorang, sehingga ia bisa berpikir yang bukan-bukan.
Hal itulah yang mungkin dialami Fred. Duh, kasihan betul lelaki tua ini! Kejadian pahit ini pasti membuatnya kehilangan akal sehat!
"Tenanglah, Fred," kataku. "Tidak ada mayat manusia di sana. Mungkin kau hanya salah lihat."
"Namun, aku benar-benar melihatnya!"
Sempat terjadi perdebatan di antara kami. Namun, perdebatan itu berakhir setelah jemputan motor tiba.
"Sekarang naiklah, Fred," pintaku. "Berangkatlah naik motor. Petugas akan membawamu ke pondok. Kau akan aman di sana."
Sewaktu melihat si petugas yang duduk tenang di atas motornya, Fred tiba-tiba berhenti berkata-kata. Kulihat wajahnya semakin pucat dan jentik-jentik keringat dingin terbit di pori-porinya.
"Aku tidak mau pergi dengannya," katanya dengan suara gemetar.