Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hikayat Mayat "Menggeliat"

10 November 2018   10:09 Diperbarui: 10 November 2018   10:49 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: www.time.com

"Sepertinya tidak bisa, bro," katanya. "Lihatlah."

Her menunjukkan mesin mini bus kepadaku, dan semuanya menyemburkan uap seperti besi panas membara yang dicelup ke dalam air.

"Radiatornya bocor, bro," kata Her lagi, dengan suara mantap seperti seorang dokter yang sudah memastikan jenis penyakit pasiennya.

Sayangnya, "penyakit" yang diidap mini bus tua-butut ini terbilang "kelas berat", susah disembuhkan, kecuali langsung dibawa ke bengkel. Namun, di tengah hutan seperti ini, di mana kami bisa menemukan bengkel?

Segera saja otakku berpikir keras. Kuambil smartphoneku yang baterai dan sinyalnya hampir sekarat ini. Kuhubungi orang-orang di penginapan. Kuminta mereka menjemput kami, dan satu orang bersedia membawa mobil Sedan berkapasitas 4 orang. Kutelepon juga penjaga yang tinggal di pondok. Ia bisa menjemput kami satu per satu naik motor.

Sambil menunggu datangnya bala bantuan, kukumpulkan orang-orang dari dalam mini bus, dan kuberitahukan masalah yang sedang kami hadapi. Sebagian menutup mulut dengan tangannya dengan ekspresi terkejut; sebagian lagi berbisik-bisik dengan orang di sebelahnya.

"Mobil akan datang dua jam lagi, dan motor perlu waktu setengah jam bolak-balik," kataku, dengan suara yang terdengar seperti kepala basarnas. "Aku ingin wanita dan anak-anak berangkat lebih dulu naik motor ke pondok, sementara lelaki menunggu Sedan, dan baru akan pergi menyusul ke pondok."

Segera saja kutunjuk siapa yang pergi sesuai urutan. Kupilih Anggi sebagai "kloter awal". Ia adalah "mahasiswa kekinian" yang senang main instagram dan bikin blog di Kompasiana.

Oleh karena kakinya terkilir akibat tadi melihat kuskus dari sarangnya, Anggi tentu perlu mendapat pertolongan secepatnya. "Dede-dede gemes", seperti Anggi, memang harus diprioritaskan dalam kondisi genting begini!

Tak lama kemudian, penjaga yang bawa motor tiba di tempat kami. Lalu, berangkatlah Anggi sambil terus menyiarkan kondisi terkini kami lewat instagramnya. Sebelum bayangannya lenyap ditelan kegelapan, aku berdoa semoga ia selamat sampai tujuan. Kutitipkan doaku kepada si penjaga.

"Dede-dede gemes" yang kuberangkatkan berikutnya adalah Kanaya. Ia adik kelasnya Anggi. Di antara semua anggota rombongan, hanya ia yang sering bertindak "ekstrem". Misalnya ia kerap menjerit histeris begitu mendengar suara kresek-kresek dari balik semak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun