Seperti Sungai Yang Tze, kristal-kristal air matanya menuruni pipi.
“Chang’e, adikku sayang, aku akan terus menyayangimu.
“Mohon minumlah air abadi ini demi keselamatanmu.
“Bawalah semua doaku bersamamu sebagai isyarat rindu.”
Kamu menatap lekat-lekat mata Chang’e yang sendu.
Ibarat benteng, kata-kata itu meneguhkan keyakinannya.
Chang’e kemudian mereguk habis air abadi itu.
Tubuhnya tiba-tiba memancarkan cahaya serupa aurora.
Kobaran api menjadi padam terhalau sinar terang.
Atap rumah terbelah dan Chang’e melayang di udara.
Para bandit diam terpana melihat peristiwa ajaib itu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!