Kobaran api pun menyala terang seperti mawar merah.
Kamu sudah terkepung dalam nyala api, Hou Yi!
Dewa Kematian mulai menampakkan taringnya.
Kamu memeluk Chang’e yang menggigil ketakutan.
Rona wajahnya tampak redup ibarat lilin diembusi angin.
“Chang’e, reguklah air abadi itu” katamu dengan lirih.
“Kekallah seperti sekuntum Edelweiss yang putih jernih.”
“Kakak, bagaimana aku bisa meninggalkanmu sendiri?
"Bukankah dahulu di depan altar leluhur, kita telah mengikat janji
"akan terus setia bersama sebagai sepasang suami-istri?”
Chang’e memeluk erat-erat tanganmu yang kekar, Hou Yi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!