Jika ada satu hal yang bisa kita pelajari dari berlari, mungkin ini: Jangan paksa diri Anda untuk menyelesaikan buku secepat mungkin.
Membaca bukan sprint, tetapi marathon. Ambil waktu Anda, ambil nafas. Anda tidak perlu merasa bersalah jika baru membaca sepuluh menit dan terpaksa berhenti. Membaca itu seperti berlatih, dan kebiasaan ini harus tumbuh secara perlahan.
Mulailah dengan target yang masuk akal. Lima belas menit per hari, tanpa gangguan. Lalu, tambah menjadi dua puluh menit.
Seperti seorang pelari yang memperpanjang jarak setiap minggu, pembaca juga butuh waktu untuk membangun stamina. Ingat, bukan jumlah halaman yang penting, tetapi waktu yang Anda investasikan dalam setiap kalimat.
Kisah Lama yang Terlupakan: Mengapa Kita Harus Peduli?
Akhirnya, mengapa ini penting? Mengapa kita perlu berusaha keras untuk kembali membaca buku di dunia yang penuh gangguan ini?
Sederhana saja, karena membaca adalah salah satu cara untuk kembali ke diri sendiri. Di balik setiap halaman ada ide, ada pemikiran, ada perasaan yang tak bisa Anda dapatkan dari sekedar melihat linimasa sosial media.
Membaca adalah satu dari sedikit aktivitas yang membawa kita kembali pada esensi, pada keheningan yang jarang kita rasakan.
Sebagian orang mungkin bertanya, "Mengapa harus bersusah payah membaca buku? Apa bedanya dengan hiburan lainnya?"
Bedanya adalah, membaca mengharuskan kita untuk menjadi lebih dari sekedar pengamat.
Ini adalah sebuah pengalaman hidup yang melibatkan imajinasi, refleksi, dan keterbukaan pikiran. Dan semua itu adalah kualitas yang terancam punah di dunia yang serba cepat ini.
Akhirnya, Menerima Keterbatasan, Menghargai Proses
Menjadi pembaca yang baik tidak selalu berarti membaca cepat atau banyak. Ini tentang menciptakan momen untuk hadir sepenuhnya di tengah kesibukan dunia.