Bukan salah buku, tetapi siapa yang punya waktu atau kesabaran untuk duduk diam selama berjam-jam di zaman ini?
Bahkan mereka yang mencintai buku sekarang jarang membaca tanpa jeda. Bukan berarti kita tidak ingin, tetapi kita tidak bisa. Dan itu perbedaan yang besar.
Ritual Baru Membaca: Melepaskan Ketakutan akan Keterbatasan
Mungkin ini bukan soal memaksa diri membaca lebih cepat atau lebih lama, tetapi belajar untuk menerima bahwa kita membaca dengan kecepatan kita. Seperti meditasi, ada nilai dalam keterbatasan.
Ambil satu halaman dan berhenti berpikir tentang apa yang harus terjadi selanjutnya. Bacalah dengan niat untuk memahami, bukan untuk mencapai target halaman.
Saya pernah mencoba teknik yang aneh namun bermanfaat: membaca sambil menerima bahwa saya mungkin akan kehilangan fokus.
Saya berhenti mengkhawatirkan kecepatan, berhenti membandingkan dengan orang lain yang bisa menyelesaikan buku dalam sehari. Saya bahkan berhenti peduli apakah saya mengerti seluruh kalimat atau tidak.
Dan saat itulah, tanpa saya sadari, saya menjadi lebih fokus. Tentu saja, ini bukan solusi ajaib. Tapi menerima batas diri memberi saya kelegaan. Dan anehnya, konsentrasi saya perlahan membaik.
Lingkungan Tanpa Layar: Eksperimen Tak Terduga di Dunia Modern
Lingkungan adalah kunci. Tempat Anda membaca bisa mengubah seluruh pengalaman. Berada dalam ruangan yang penuh layar, notifikasi, atau bahkan bising kehidupan sehari-hari adalah resep kegagalan.
Letakkan ponsel di tempat yang tidak bisa Anda jangkau. Buatlah sebuah ritual, kecil namun konsisten. Duduklah di ruangan tenang, ambil buku, dan beri diri Anda izin untuk membaca tanpa gangguan.
Ini terdengar sederhana, tapi di zaman ketika layar adalah segalanya, menemukan ruang tanpa gangguan adalah tantangan yang nyata.
Mungkin ini akan terdengar aneh, tapi ruang tanpa gangguan adalah salah satu kemewahan terbesar yang bisa kita miliki. Bayangkan saja, di kota seperti New York atau Jakarta, ruang tanpa gangguan bagaikan oase di gurun teknologi.