Salah satu contoh paling mencolok adalah Rusia, di mana kekayaan negara dialihkan ke tangan oligarki yang dekat dengan pemerintahan.
Uang hasil korupsi ini kemudian diinvestasikan ke negara-negara Barat dalam bentuk aset mewah, real estat, dan investasi lainnya.
Ini menciptakan masalah serius bagi negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris, di mana miliaran dolar yang dicuci masuk ke sistem finansial mereka, memperparah ketidaksetaraan dan menciptakan dinamika ekonomi yang merugikan.
Kleptokrasi juga memperburuk ketidakstabilan politik.
Seperti yang kita lihat di Tunisia pada 2011, kleptokrasi dapat memicu pemberontakan ketika ketidakadilan ekonomi mencapai titik puncak.
Pemerintahan Zine El Abidine Ben Ali terjebak dalam korupsi besar-besaran, memperkaya keluarganya sementara rakyat Tunisia menderita.
Ketika ketidakpuasan sosial mencapai titik kritis, rakyat bangkit, dan rezim Ben Ali runtuh, memicu apa yang dikenal sebagai Arab Spring.
Namun, kleptokrasi tidak hanya berdampak di dalam negeri atau regional.
Ketika kleptokrat memindahkan kekayaan mereka ke luar negeri, negara-negara yang menerima uang tersebut sering kali menghadapi dilema moral dan legal.
Misalnya, Inggris dan Amerika Serikat telah lama menjadi tujuan favorit bagi oligarki Rusia dan elit kleptokrat dari berbagai negara.
Uang yang dicuri dari rakyat negara-negara berkembang diinvestasikan dalam properti mewah di London atau Manhattan, memperburuk krisis perumahan lokal dan memperbesar kesenjangan antara yang kaya dan miskin.