Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - eklegein

Meminati Filsafat//Sejarah//Ilmu Pendidikan --- Film, Bola, dan AS Roma. Menyukai diskusi mencerahkan yang memperluas wawasan. Menyukai diskusi dan introspeksi yang membuka wawasan baru tentang kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kenapa Manusia Rela Berjam-jam di Jalan Demi Secuil Kepuasan?

18 September 2024   09:16 Diperbarui: 18 September 2024   12:37 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menariknya, perilaku liburan ini memiliki dimensi ekonomi yang dalam. Dalam sebuah artikel oleh Harvard Business Review, psikolog menjelaskan bahwa orang cenderung mengejar kenikmatan, meski harus mengorbankan hal yang berharga seperti waktu. 

Mereka lebih mengutamakan pengalaman dan momen yang diinginkan daripada penghematan waktu dan tenaga. 

Fenomena ini berkaitan dengan psikologi konsumsi, di mana liburan dianggap sebagai investasi emosional. Pengorbanan waktu menjadi bagian dari proses ini.

Seperti yang ditemukan oleh penelitian pada perilaku konsumen, situasi stres seperti kemacetan bahkan dapat memperkuat dorongan untuk tetap berlibur, karena adanya dorongan untuk "menikmati hidup" yang lebih kuat saat seseorang merasa lelah atau tertekan.

Puncak, bagi sebagian orang, bukan hanya tempat liburan, tetapi pelarian simbolis dari kebosanan dan ketertekanan sehari-hari.

Kemacetan Sebagai Ritual yang Terulang

Namun, kemacetan di Puncak bukanlah fenomena baru. Masalah ini telah berulang selama bertahun-tahun dan tetap saja belum ada solusi nyata. 

Pemerintah mencoba mengatasi dengan sistem buka-tutup jalan, namun efektivitasnya dipertanyakan. Macet tetap macet, walau dikelola.

Mengapa masalah ini terus terulang? Salah satunya adalah ketidakmampuan infrastruktur untuk menyesuaikan diri dengan lonjakan volume kendaraan selama liburan. 

Menambah kapasitas jalan tampaknya bukan solusi yang cukup efektif, karena sifatnya sementara dan selalu ada kecenderungan peningkatan volume kendaraan yang tidak terprediksi dengan baik.

Transportasi Publik dan Regulasi Ketat

Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Pemerintah daerah harus memikirkan untuk membangun jaringan transportasi publik yang andal dan mudah diakses. 

Jika orang-orang diberi alternatif yang nyaman, seperti kereta atau bus yang langsung menuju ke daerah wisata, banyak yang mungkin akan lebih memilih itu daripada terjebak di jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun