Jika seorang perempuan memiliki tingkat elektabilitas tinggi, terlepas dari latar belakang dan kapabilitasnya, ia akan didukung penuh.Â
Ini menunjukkan bahwa partai lebih peduli pada hasil pemilu daripada memastikan pemimpin yang berkualitas dan berkompeten untuk rakyat.
Ketika strategi elektoral lebih diutamakan daripada meritokrasi, keterwakilan perempuan hanya akan menjadi angka di atas kertas.
Popularitas memang penting, tetapi tanpa kualitas kepemimpinan yang solid, keterwakilan ini tidak akan memberikan dampak signifikan pada kebijakan publik atau kesejahteraan masyarakat.Â
Sebaliknya, keterlibatan perempuan yang dipilih hanya berdasarkan kalkulasi elektoral bisa menciptakan citra bahwa politik adalah permainan popularitas, bukan ruang untuk kepemimpinan yang efektif.
Perempuan dalam Politik: Pisau Bermata Dua
Kebijakan kuota gender, yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah perempuan dalam politik, adalah langkah penting dalam memperbaiki kesenjangan gender.Â
Namun, kuota ini sering kali diterapkan tanpa upaya yang serius untuk meningkatkan kapabilitas calon perempuan.Â
Akibatnya, beberapa perempuan yang muncul di panggung politik mungkin tidak memiliki pengalaman atau pengetahuan yang memadai untuk menghadapi tantangan besar dalam memimpin daerah.
Kuota perempuan dalam politik seharusnya disertai dengan program pelatihan dan pengembangan kepemimpinan untuk memastikan bahwa perempuan yang terpilih benar-benar siap untuk memimpin.Â
Tanpa itu semua, kita hanya menciptakan ilusi kesetaraan.Â
Sebagaimana dikatakan oleh penulis feminis bell hooks, "Feminism is for everybody."Â