Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - eklegein

Menyukai diskusi yang mencerahkan dan memperluas wawasan. Menyukai introspeksi dan diskusi yang membuka wawasan baru tentang kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pertarungan Perempuan di Pilkada 2024, Simbol Kemajuan atau Sekadar Strategi Elektoral?

12 September 2024   09:17 Diperbarui: 12 September 2024   09:18 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Descriptive representation is insufficient; what matters is substantive representation---where representatives truly advocate for the interests of those they represent." - Anne Phillips.

Dua perempuan berdiri di panggung debat, saling bersaing untuk memperebutkan kursi kepala daerah. 

Di atas kertas, ini adalah pemandangan yang membanggakan---simbol kemajuan kesetaraan gender di politik Indonesia. 

Seolah-olah, kita sedang menyaksikan realisasi dari perjuangan panjang perempuan untuk mendapatkan tempat di meja kekuasaan.

Tapi, apakah keterwakilan ini benar-benar mengubah tatanan politik, atau hanya menjadi alat bagi partai politik untuk mencapai kemenangan?

Tren keterwakilan perempuan dalam politik lokal, khususnya pada Pilkada Serentak 2024, memunculkan pertanyaan mendasar: apakah perempuan yang tampil dalam kontestasi ini adalah simbol kemajuan atau sekadar pemain dalam permainan politik?

"The appearance of power is not the same as real power," ujar feminis Gloria Steinem. 

Dalam konteks politik, ini berarti bahwa meskipun lebih banyak perempuan menduduki posisi penting, tidak selalu berarti mereka memiliki pengaruh nyata dalam pengambilan keputusan. 

Banyak dari mereka mungkin hanya dilihat sebagai figur elektoral yang strategis oleh partai politik---nama-nama yang dipilih bukan karena kemampuan, tetapi sekadar kalkulasi elektoral yang pragmatis.

Popularitas vs Kapabilitas

Salah satu faktor utama yang memengaruhi munculnya calon perempuan dalam Pilkada adalah survei popularitas. 

Partai politik di Indonesia cenderung fokus pada siapa yang memiliki peluang terbesar untuk menang, terlepas dari kualitas kepemimpinan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun