Ketiga, sesekali sastra
Saya juga anjurkan gen Z untuk sesekali baca karya sastra klasik bisa bertema luar negeri atau dalam negeri. Bisa baca novel yang tebal atau novelet yang lebih ringan.
Bisa juga baca cerpen yang bertebaran di media sosial atau aplikasi di Playstore. Bacaan apa saja asal genre fiksi, silakan dibaca.Â
Kalau sejak awal kurang suka, tak apa. Dipaksa sesekali.Â
Jadikan membaca sastra itu wisata membaca. Anggap saja wisata membaca bahan selain buku yang kita senangi.
Baca sastra lazimnya membuat kosakata kita bertambah. Saya tahu kosakata "lebuh" di kumpulan cerpen jurnalis terkemuka Indonesia yang juga pakar kuliner Bondan Winarno.Â
Saya tahu ada "semenjana", "banal", "lindu", "musabab", dan lainnya dari majalah Tempo yang rajin saya baca saban Ahad versi maya.
Keempat, ceritakan ulang bacaan di forum kecil
Saya menganjurkan kepada gen Z untuk membacakan ringkasan bacaan mereka di forum kecil. Misalnya pas ngobrol santai di kafe, minta teman-teman meletakkan ponsel.Â
Kemudian diam dan dengar intisari bacaan kita semingguan ini. Bisa cerita isi satu buku, bisa isi cerpen, bisa isi novel, dan karya lainnya.
Dengan belajar mengutarakan lisan resume bacaan, itu kultur yang bagus. Kita terbiasa meramu intisari buku dengan gagasan sendiri.Â