Ini bahkan jadi pakem yang paling pas. Maka itu, editor bersicepat untuk buru-buru menaikkan berita reporter dari lapangan.Â
Apalagi berita yang punya nilai tinggi. Wabilkhusus soal breaking news atau yang dalam bahasa Indonesia disebut warta semerta.
Biasanya jika ada kabar di media sosial yang tengah ramai, warganet lekas-lekas buka Google. Mereka ketik kata kunci yang hendak dicari. Mereka kemudian menemukan ada berita terkait itu di media massa arus utama.
Jika itu sikap yang dikembangkan warganet, sungguh bagus. Artinya, mereka mencari komparasi dalam bentuk berita dari informasi di media sosial.
Oleh karena itu, sebagai pengelola media massa daring, cepat adalah kemestian. Pakemnya itu berita hari ini ya tayang hari ini.
Namun, cepat ini juga butuh strategi yang tepat. Pengelola media massa ingin semua berita mereka dibaca dan punya pembaca yang banyak.Â
Kalau berita naik terlalu cepat, apalagi di web kecil, cenderung merugikan. Soalnya tayangan di halaman utamanya lekas ganti dengan berita lain.
Maka itu, sekarang saya di wartalampung.id tidak terlalu cepat mengganti tampilan utama dengan berita lain. Apalagi kolomnya hanya muat tiga berita utama.Â
Kasihan kalau ada klien yang "bayar" berita dengan akad advertorial, beritanya lekas "turun" diganti berita lain.
Biasanya saya jeda satu jam untuk mengganti berita. Kecuali jika ada laporan dari lapangan yang butuh segera naik.
Akan tetapi, pakem cepat ini cocok untuk media daring. Repot juga kalau editornya lambat menaikkan berita. Apalagi berita yang berbasis peristiwa dan terjadi lokal di daerah di mana web itu berada.