Buat apa buru-buru, tapi mengabaikan akurasi, mengabaikan ketepatan, menafikan kecermatan, memasabodokan ketelitian.
Kita memang penting untuk mendorong semua media massa daring untuk taat dengan akurasi ini. Semua mesti akurat. Nama orang, nama tempat, nama pasal, nama daerah, nama geografis, dan lainnya.Â
Memang benar, berita online bisa diedit dan diganti atau direvisi. Namun, apakah ada jaminan, mereka yang pertama kali baca akan mengulang bacaan itu sekadar ingin tahu ada revisi atau tidak.
Maka itu, yuk sama-sama kita jaga akurasi. Buat penulis di Kompasiana, juga demikian. Jaga akurasi. Perlahan-lahan belajar.Â
Mana nama yang mesti dimulai dengan huruf kapital, mana yang tidak. Mana yang mesti pakai huruf dimiringkan, mana yang tidak. Apakah mesti sering-sering kalimat ada yang ditebalkan atau tidak.
Termasuk dalam penulisan di dalamnya. Mungkin menyangkut nama orang, nama kejadian, nama lokasi, nama lembaga, dan lainnya.
Banyak
Media massa online mesti banyak produksi berita. Banyak ini relatif ya. Dulu waktu di duajurai.com bersama Bang Juwe dan tiga editor plus empat reporter, dalam sehari minimal bisa enam puluhan berita.Â
Sebab, dulu tiap editor dikasih tanggung jawab naikkan 16 berita. Itu terdiri dari 8 berita karya reporter, 8 lagi produksi sendiri si editor.
Usai di duajurai.com, saya bekerja lima tahun di jejamo.com. Saya ada saham di sini. Kecil sih, hanya setara zakat fitrah, 2,5 persen.Â
Posisi saya pemimpin redaksi waktu itu. Jabatan ini memang saya yang minta. Pas saya gabung, kepada pemilik utama, saya bilang, saya mau masuk ke sini tapi ada syarat.Â