Tahun ini saya kembali diminta menjadi mentor ekstrakurikuler (ekskul) jurnalistik di Mahad Al Jamiah UIN Raden Intan Lampung. Ini tahun keempat saya diminta menjadi teman diskusi para mahasantri di sini.Â
Sabtu lalu kami memulai sesi di semester genap ini. Ada belasan mahasantri yang ikut kelas ini.Â
Mereka berasal dari beragam fakultas. Hanya dua sampai tiga orang dari Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) tempat saya pernah lima tahun jadi dosen luar biasa (DLB) di situ.
Pembahasan Sabtu lalu lumayan menarik. Saya beri materi soal menulis opini.Â
Saya hanya kasih kisi-kisi materi selama 40 menit. Selebihnya kami diskusi setelah mereka saya kasih tugas menulis opini.
Rosi, salah satu mahasiswi, membacakan hasil tulisannya. Rosi baru sedikit menulis. Tapi judulnya lumayan menarik. Yang ia sampaikan itu kemudian saya tuliskan sebagai narasi di sini.
Rosi memang kuliah di program studi perpustakaan. Usai ia membacakan tugas, kami diskusi.Â
Semua sepakat, poin yang diketengahkan Rosi sangat bagus. Namun, ia masih agak kepayahan untuk meneruskan menjadi cerita yang utuh.
Rosi bilang, ada kesan di masyarakat, memandang sebelah mata profesi pustakawan. Banyak orang juga hanya tahu kalau pustakawan itu kerjanya duduk manis saja di perpustakaan.Â
Kemudian kalau ada pengunjung datang, ia sesekali mengamati dan melayani jika mereka hendak pinjam buku. Pustakawan juga biasanya mencarikan buku yang diinginkan pengunjung.