Jurnalis juga mesti ada keberanian untuk mau menembus narasumber. Sudah menjadi pakem, liputan yang sudah direncanakan, wajib dapat. Hukumnya wajib. "Fardhu ain" kira-kira demikian. Narasumber utama mesti dapat. Bagaimanapun caranya, tentu dalam koridor yang tak melanggar hukum. Jurnalis ya mesti "nakal" sehingga tetap bisa dapat narasumber utama.
Tak bisa ketemu di kantor, datangi rumahnya. Enggak ada di rumah, temui di kafe biasa kongko-kongko. Enggak dapat juga, temui saat salat di masjid dekat rumah. Dan seterusnya. Jangan menyerah!
Pahami dahulu poin yang akan ditanyakan. Upayakan mengerti dengan maksimal isu yang akan diangkat. Baca sebanyak mungkin bahan agar pikiran kita terbuka. Carilah angle yang bagus, yang unik, yang menarik, yang kemungkinan daya sebarnya kuat.
Dengan persiapan yang matang dan menjaga sikap skeptis, kita bisa menjadi jurnalis yang kritis, bukan juru tulis. Wallahualam bissawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H